Selasa, 23 Agustus 2011

Dana Pendidikan, Siap!

Kebutuhan bersekolah tak bisa mengunggu. Bagaimana cara menyiapkannya dana untuk menyekolahkan anak? Tenang, baca dulu strategi dari Mike Rini Sutikno untuk menentukan target tabungan pendidikan anak Anda.

Anda mungkin sadar tingginya biaya pendidikan saat ini, tapi lupa memperkirakan berapa besarnya Biaya Pendidikan kelak. Itu sebabnya, sering orangtua merasa sudah menabung, tetapi tetap kekurangan dana. Target dana pendidikan yang dibutuhkan sama dengan perkiraan biaya pendidikan kelak, dan untuk memperkirakannya, lakukan 2 hal berikut :
  1. Cari informasi berapa biaya saat ini untuk masing-masing jenjang pendidikan yang akan dilalui anak Anda –mulai TK, SD, SMP, SMA hingga universitas.
  2. Kalikan dengan asumsi kenaikan Biaya Pendidikan per tahun sampai anak Anda masuk sekolah. Misalnya biaya uang masuk SD saat ini adalah Rp. 5 juta dan anak Anda akan masuk SD 4 tahun lagi, sedangkan asumsi rata-rata kenaikan biaya pendidikan pertahun yang  adalah 10%, maka jumlah biaya pendidikan kelak adalah = Rp. 5.000.000 x (1 + 10%)4 = Rp 7.320.500,-  (menggunakan rumus Nilai Masa Depan atau Future Value). 
  3. Persiapan dana pendidikan anak sebaiknya dimulai sejak anak lahir. Anda memiliki waktu yang panjang untuk mengumpulkan dana dan semakin ringan setoran dananya. Menyiapkannya sejak dini juga membantu Anda bila menghadapi hal-hal tak terduga, seperti krisis ekonomi atau bencana alam, sehingga Anda dapat melakukan perbaikan dengan leluasa.
  4. Bila anak lebih dari satu, alokasikan setoran dana pendidikan anak secara paralel –bersamaan, sambung menyambung– dengan jumlah proporsional sesuai kebutuhan ke masing-masing dana pendidikan anak. Jangan menunggu anak pertama menyelesaikan masa pendidikannya, baru kemudian mulai persiapan dana pendidikan anak ke dua dan seterusnya.

Mengatur Pos Pengeluaran dan Tabungan

Bagaimana merancang keuangan keluarga agar tiap bulan tidak hanya habis untuk pengeluaran bulanan, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung? Ligwina Hananto, Konsultan perencana keuangan, pendiri dan CEO Quantum Magna Financial yang selalu aktif dan ‘berisik’ pada keinginannya untuk menyehatkan keuangan keluarga kelas menengah Indonesia akan menjawab pertanyaan ini untuk Anda.

Tanya: Bagaimana merancang keuangan keluarga agar tiap bulan tidak hanya habis untuk pengeluaran bulanan, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung dan investasi?

Jawab: Pertama, kita harus punya anggaran dulu. Kalau kita tidak tahu ke mana perginya uang setiap bulan, tentu kita tidak bisa mengendalikan uang tersebut. Ada 4 kategori besar pos pengeluaran setiap bulan. (1) Menabung atau  Investasi Rutin, (2) Cicilan, (3) Pengeluaran Rutin, (4) Pengeluaran Lifestyle/Pribadi. Untuk membuat anggarannya, catat hal ini: 

Pertama
, jangan tunggu "sisa" setiap bulan untuk menabung atau investasi –mulailah dengan komitmen menabung atau investasi secara tetap. Bukan jumlah nominal yang jadi target, tetapi presentasenya. Potong dulu 10%-30% dari penghasilan –begitu Anda menerimanya–  alokasikan untuk tabungan atau investasi. Dengan cara ini, berapa pun besarnya gaji/penghasilan, jika jumlahnya meningkat setiap tahun, besarnya komitmen bisa ditingkatkan.

Kedua
, tetapkan tujuan finansial. Bisa dari pengeluaran lifestyle seperti tujuan beli tas, atau langsung tujuan primer, seperti dana pendidikan. Ini penting karena menentukan arah. Saat menabung/investasi tanpa tujuan finansial, kita akan kehilangan arah dan mulai sabotase upaya menabung.       

Ketiga
, catat ini: There's no such thing as "pengeluaran tak terduga". Jadi, anggarkan semuanya. Supaya bila misalnya ada kerabat yang  menikah, sudah memang ada dana untuk hadiah. Bisa juga dengan menyiapkan “Dana Darurat” –bila ada kondisi yang benar-benar darurat, sehingga tidak akan mengganggu pos pengeluaran bulanan yang sudah disusun rapi.

Persiapan Biaya Sekolah Anak dari Reksadana

Dana sekolah anak diantaranya bisa diperoleh dari investasi yang uangnya dikelola oleh sebuah perusahaan manajemen investasi. Laporan perkembangan reksadana ini akan dikirim setiap satu atau beberapa bulan sekali.

Reksadana ada beberapa jenis, jadi dapat digunakan secara berkala sesuai dengan jangka waktu jenjang pendidikan tiap anak. Reksadana dapat digunakan untuk melawan inflasi pendidikan yang tinggi. Reksadana juga dapat dibeli kapan saja dan dicairkan kapan saja sesuai ketentuan yang berlaku di prospektus.

Reksadana ini produk yang teregulasi dengan sangat baik oleh Bapepam-LK sehingga para pihak yang terlibat dapat mempertanggungjawabkan tindakannya. Setiap jenis reksadana memiliki risiko dan hasil investasi yang berbeda-beda. Jenis  reksadana  antara lain,  pasar uang, pendapatan tetap, saham. Ada juga reksadana terproteksi dan reksadana penyertaan terbatas.

Reksadana merupakan produk investasi jangka panjang yang memberikan hasil investasi yang tinggi. Investasi jenis ini cocok untuk persiapan dana pendidikan anak-anak Anda, dengan catatan dana tidak akan dibutuhkan dalam waktu dekat. 

Persiapan Dana Pendidikan Anak dari Properti

Persiapan pendidikan anak bisa dari membeli tanah atau rumah. Dua jenis investasi ini hasilnya cukup besar, meski baru bisa dinikmati dalam waktu panjang. Anda bisa membeli properti dengan perhitungan akan menjualnya 7 atau 10 tahun mendatang saat harganya sudah tinggi.

Artinya properti itu dibeli ketika anak masih kecil dan direncanakan untuk masuk PT. Bisa juga dengan menyewakan properti tersebut. Hasil sewanya bisa digunakan untuk biaya pendidikan bulanan. Yang perlu diingat adalah menjual properti butuh waktu, sulit terjual dalam waktu 2 hari.

Rumah atau tanah adalah properti yang baik. Namun harus diingat, memiliki tanah akan lebih menguntungkan karena Anda tidak perlu mengeluarkan dana tambahan untuk perawatan. Sedangkan rumah atau apartemen, Anda harus mengeluarkan dana ekstra untuk perawatan. Rumah yang tidak dirawat akan cenderung rusak dan menjatuhkan harga.  

Memiliki properti merupakan investasi jangka panjang karena Anda akan membutuhkan waktu untuk menjual properti, karenanya untuk dana pendidikan, investasi properti akan cocok apabila uang pendidikannya Anda butuhkan masih lama, paling tidak sepuluh tahun mendatang.
Siapkan Deposito untuk Sekolah Anak
Hampir sama dengan menabung, deposito adalah menyimpan uang di bank, tapi bunganya lebih besar yaitu sekitar 6% per tahun. Hanya saja bank mensyaratkan jumlah minimal untuk bisa membuka deposito yaitu Rp  8.000.000. Anda tak bisa mengambil uang kapan saja seperti tabungan. Uang yang didepositokan tak bisa ditarik untuk jangka waktu tertentu, 1 bulan, 3 bulan atau 1 tahun. Dana deposito bisa digunakan untuk kebutuhan jangka pendek seperti uang les.

Untuk membuka deposito memang tidak ada keharusan kapan waktunya. Namun ada baiknya sejak balita Anda sudah memilikinya. Sisihkan 10% dari pendapatan setiap bulannya kemudian bila dana sudah mencukupi bukalah deposito. Semakin besar jumlah uang yang Anda depositokan tentu akan semakin besar pula dana yang Anda terima setiap bulannya.

Jika Anda ingin dana deposito bertambah, buatlah deposito dalam bentuk auto roll over, artinya bunga yang diterima setiap bulannya ditambah ke dalam jumlah dana deposito sehingga setiap bulan dana deposito bertambah jumlahnya.

Contohnya, Anda punya deposito Rp 100.000.000. Setiap bulan bunga yang diterima sebesar Rp 500.000 sehingga jumlah menjadi Rp 100.500.000. Bulan depannya jumlah Rp 100.500.000 akan dibungakan lagi. Demikian setiap bulannya.

Baca juga:

Investasi Tabungan Demi Pendidikan Anak

Menyimpan dana investasi dalam tabungan boleh jadi paling popular karena prosesnya mudah, membuat rekening di bank dan menyimpan sejumlah dana.

Keuntungan dari menabung adalah tidak terikat oleh waktu, Anda bisa menarik dana kapan saja. Dananya bisa digunakan untuk uang pangkal, SPP,  les, dan kebutuhan lain yang sifatnya rutin.

Sisihkan sekitar 10% setiap bulan dari pendapatan untuk ditabung. Sebaiknya Anda memiliki rekening tersendiri (tidak dicampur dengan rekening yang digunakan untuk pengeluaran sehari-hari) khusus untuk tabungan pendidikan.

Namun perlu diingat, untuk investasi tabungan, simpanan dana tidak akan mencukupi karena bunga yang diberikan pihak bank tidaklah besar. Ada baiknya Anda menambahnya dengan investasi lain seperti deposito atau properti.

Pentingnya Asuransi pendidikan

Sesuai fungsinya, asuransi pendidikan adalah untuk proteksi. Pemilik asuransi adalah ayah atau ibu yang menjadi pencari nafkah utama. Pemilik asuransi diharuskan membayar premi dalam jumlah dan waktu tertentu sesuai pilihan.

Keuntungannya, pemilik asuransi akan mendapatkan dana tiap kali putra-putri memasuki jenjang pendidikan baru, SD, SMP, SMA, dan PT. Selain itu dana asuransi  akan tetap diberikan jika pemiliknya meninggal dunia dengan tanpa membayar premi lagi.  Sebaliknya dana yang diambil sebelum waktunya akan dikenakan pinalti, diharuskan membayar dalam jumlah tertentu.

Kapan asuransi ini Anda mulai? Sebaiknya sejak usia anak dini. Anda dapat memulai program asuransi ini sejak anak berusia 0 tahun karena premi yang dibayarkan bisa lebih murah ketimbang kalau Anda mengikuti asuransi saat anak sudah lebih besar, premi yang harus dibayarkan akan lebih tinggi. Usia anak dengan batas maksimal 12 tahun dan usia orang tua juga menjadi faktor penentu besarnya premi.

Anda kemudian tinggal menghubungi pihak asuransi. Lalu, berdasarkan rencana Anda, pihak asuransi akan menghitung berapa dana yang diperlukan untuk masing-masing jenjang pendidikan. Dari situ, bisa disimpulkan berapa besar premi yang harus dibayarkan setiap bulan. Pihak asuransi juga akan menghitung dana yang terkumpul dengan premi yang sudah ditentukan.

Contohnya, jika saat ini pendapatan Anda sekitar Rp 5 juta per bulan, asumsikan 10%- nya untuk biaya asuransi pendidikan anak, yaitu sebesar Rp 500 ribu per bulan, atau sekitar Rp 6,5 juta per tahun

Merencanakan Dana Sekolah Anak

Agar pendidikan dan kehidupan anak kelak selalu terjamin, rencanakan dahulu keuangan dari jauh-jauh hari, salah satunya melalui investasi. Ketahui dahulu perkiraan dana yang dibutuhkan sebelum menentukan pilihan investasi.

Ketika anak pertama, Laura, lahir, Amel dan Rafli memutuskan  menyisihkan penghasilan mereka untuk dana pendidikan, mengingat biaya pendidikan terus meningkat. Amel dan Rafli menimbang-nimbang manakah yang terbaik dan manakah yang cocok dengan rencana pendidikan anak mereka. Begitu banyak pilihan. Antara lain asuransi, tabungan pendidikan, tabungan deposito, reksadana,  properti, dan lain sebagainya.

Menurut financial planner, Ligwina Poerwo-Hananto, sebelum menentukan jenis investasi pendidikan, sebaiknya orang tua mengetahui lebih dahulu berapa perkiraan dana yang dibutuhkan. Tak sedikit orang membeli produk tanpa memikirkan manfaat dari tujuan tersebut. Bahkan orang tua cenderung membeli produk karena ditempeli “pendidikan” di belakangnya.

Selain itu, menurut Ligwina, asumsikan biaya pendidikan per jenjangnya. Jenjang pendidikan TK hingga SMA asumsikan mengalami inflasi 20% per tahun sedangkan S1, 15%.

‘’Anak adalah tanggung jawab kita. Jadi harus betul-betul berhitung berapa kebutuhannya di masa depan dengan memilih apakah produk ini sesuai dengan kebutuhannya atau tidak,” paparnya. Ligwina menyarankan sebaiknya orang tua menyiapkan dana pendidikan sejak semasa hamil. Bahkan, pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak juga perlu menyiapkan dana pendidikan karena usia bertambah, sementara belum tahu kapan akan hamil. Jika hamil di usia  lanjut,  jangka waktu usia produktif semakin pendek sementara anak masih kecil.

Strategi Perencanaan Keuangan

Ingin bebas krisis finansial? Ikuti strategi Perencanaan Keuangan dari Ligwina Hananto dalam bukunya "Plan Now"
  1. Biasakan cermat mengelola uang, manfaatkan investasi berkala, tentukan tujuan finansial utama dan tujuan finansial lainnya.
  2. Mulai mengubah dan mengaktifkan uang. Siapkan dana darurat dan dana cadangan, raih tujuan finansial terdekat -jangka pendek dan menengah- serta tambah dana darurat hingga lebih dari 12 bulan.
  3. Alokasi dana pembelian aset aktif. Awali dengan menambah pengetahuan tentang keuangan, mencari lokasi informasi alternatif aset aktif (bisnis, properti, surat berharga) setelah itu baru action.
  4. Menerima pendapatan pasif. Beli aset aktif dan mulailah menerima pendapatan pasif sehingga jumlahnya  - lama-lama -  setara dengan pengeluaran bulanan Anda. Sambil menunggu, teruslah mencari informasi alternatif aset aktif. Anda disebut mencapai tujuan finansial dan bebas secara finansial bila pendapatan pasif Anda lebih besar daripada pengeluaran bulanan. Hore! http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Keuangan/strategi.perencanaan.keuangan

Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga

Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?

“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.

Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1.    Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2.    Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3.    Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”. Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4.    Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5.    Meminimalkan belanja konsumtif. Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6.    Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7.    Menabung, menabung, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8.    Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!  

Sabtu, 19 Maret 2011

Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga

Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?

“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.

Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1.    Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2.    Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3.    Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”. Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4.    Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5.    Meminimalkan belanja konsumtif. Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6.    Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7.    Menabung, menabung, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8.    Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!

2. Cara Sederhana Menyusun Anggaran
Agar pengelolaan keuangan keluarga Anda lebih terencana, Anda perlu menyusun anggaran alias rancangan budget. Dari sini Anda bisa melihat dengan rinci lalu lintas keuangan Anda: pemasukan dan pengeluaran. Berikut ini adalah step-by-step menyusun anggaran secara sederhana:

Tahap 1: Kelola gaji atau penghasilan Anda. Bila Anda dan suami bekerja atau punya usaha, maka penghasilan Anda berdua adalah pemasukan keluarga. Masukkan juga pemasukan dari bukan gaji (rutin), seperti bisnis sampingan, hasil jual-beli properti, dividen saham, bunga deposito dan lainnya.

Tahap 2: Datalah semua pengeluaran sebulan mulai dari pengeluaran rumah tangga sampai keperluan anak dan diri sendiri: listrik, telepon, transportasi (termasuk suku cadang, servis, bensin), anak (uang sekolah, ongkos dan lainnya), pekerja (pengasuh, pembantu, sopir). Jangan lupa memasukkan cicilan hutang (kredit mobil dan KPR), biaya kesehatan, dana untuk pribadi (keperluan diri sendiri dan pasangan).

Tahap 3: Masukkan ke daftar pengeluaran Anda sejumlah uang untuk dana darurat. Ini penting karena dalam keadaan genting, Anda harus bisa menjamin keluarga tetap dapat menjalani hidup dengan layak dari dana ini. Tak kalah penting adalah sejumlah uang untuk ditabung dalam pengeluaran Anda.

Tahap 4: Setelah menghitung jumlah penghasilan dan pengeluaran, hitunglah sisanya. Jika masih ada sisa yang cukup, berarti keuangan keluarga Anda sehat. Waspada bila ternyata keuangan Anda menunjukkan saldo negatif. Pola keuangan kita seringkali memang cukup memalukan untuk diakui. Pendapat Anda kurang?! Belum tentu! Menurut, ahli perencana keuangan Ligwina Hananto, "It's not about how much you earn, but how much you spend". Terdengar sangat akrab dengan situasi Anda?!

Baca:
Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga
strategi Perencanaan Keuangan
Memilih Asuransi Kesehatan
Tepat Memilih Asuransi Kesehatan Untuk Balita
Menyiapkan Anggaran Liburan
FINANCIAL PLAN © 2008. Design by :vio Templates Sponsored by: gold bola