tag:blogger.com,1999:blog-29607607650848007802024-03-19T00:58:46.959-07:00FINANCIAL PLANBerbagi Tips KeuanganUnknownnoreply@blogger.comBlogger73125tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-58495795807073722902011-08-23T19:47:00.002-07:002011-08-23T19:47:58.011-07:00Dana Pendidikan, Siap!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/43/P" /></div>Kebutuhan bersekolah tak bisa mengunggu. Bagaimana cara menyiapkannya dana untuk menyekolahkan anak? Tenang, baca dulu strategi dari Mike Rini Sutikno untuk menentukan target tabungan pendidikan anak Anda.<br />
<br />
Anda mungkin sadar tingginya biaya pendidikan saat ini, tapi lupa memperkirakan berapa besarnya Biaya Pendidikan kelak. Itu sebabnya, sering orangtua merasa sudah menabung, tetapi tetap kekurangan dana. Target dana pendidikan yang dibutuhkan sama dengan perkiraan biaya pendidikan kelak, dan untuk memperkirakannya, lakukan 2 hal berikut : <br />
<ol><li>Cari informasi berapa biaya saat ini untuk masing-masing jenjang pendidikan yang akan dilalui anak Anda –mulai TK, SD, SMP, SMA hingga universitas.</li>
<li>Kalikan dengan asumsi kenaikan Biaya Pendidikan per tahun sampai anak Anda masuk sekolah. Misalnya biaya uang masuk SD saat ini adalah Rp. 5 juta dan anak Anda akan masuk SD 4 tahun lagi, sedangkan asumsi rata-rata kenaikan biaya pendidikan pertahun yang adalah 10%, maka jumlah biaya pendidikan kelak adalah = Rp. 5.000.000 x (1 + 10%)4 = Rp 7.320.500,- (menggunakan rumus Nilai Masa Depan atau Future Value). </li>
<li>Persiapan dana pendidikan anak sebaiknya dimulai sejak anak lahir. Anda memiliki waktu yang panjang untuk mengumpulkan dana dan semakin ringan setoran dananya. Menyiapkannya sejak dini juga membantu Anda bila menghadapi hal-hal tak terduga, seperti krisis ekonomi atau bencana alam, sehingga Anda dapat melakukan perbaikan dengan leluasa.</li>
<li>Bila anak lebih dari satu, alokasikan setoran dana pendidikan anak secara paralel –bersamaan, sambung menyambung– dengan jumlah proporsional sesuai kebutuhan ke masing-masing dana pendidikan anak. Jangan menunggu anak pertama menyelesaikan masa pendidikannya, baru kemudian mulai persiapan dana pendidikan anak ke dua dan seterusnya.</li>
</ol></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-89381313089088456922011-08-23T19:47:00.000-07:002011-08-23T19:47:07.115-07:00Mengatur Pos Pengeluaran dan Tabungan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/40/P" /></div>Bagaimana merancang keuangan keluarga agar tiap bulan tidak hanya habis untuk pengeluaran bulanan, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung? Ligwina Hananto, Konsultan perencana keuangan, pendiri dan CEO Quantum Magna Financial yang selalu aktif dan ‘berisik’ pada keinginannya untuk menyehatkan keuangan keluarga kelas menengah Indonesia akan menjawab pertanyaan ini untuk Anda.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Tanya:</span> Bagaimana merancang keuangan keluarga agar tiap bulan tidak hanya habis untuk pengeluaran bulanan, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung dan investasi?<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Jawab:</span> Pertama, kita harus punya anggaran dulu. Kalau kita tidak tahu ke mana perginya uang setiap bulan, tentu kita tidak bisa mengendalikan uang tersebut. Ada 4 kategori besar pos pengeluaran setiap bulan. (1) Menabung atau Investasi Rutin, (2) Cicilan, (3) Pengeluaran Rutin, (4) Pengeluaran Lifestyle/Pribadi. Untuk membuat anggarannya, catat hal ini: <br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
Pertama</span>, jangan tunggu "sisa" setiap bulan untuk menabung atau investasi –mulailah dengan komitmen menabung atau investasi secara tetap. Bukan jumlah nominal yang jadi target, tetapi presentasenya. Potong dulu 10%-30% dari penghasilan –begitu Anda menerimanya– alokasikan untuk tabungan atau investasi. Dengan cara ini, berapa pun besarnya gaji/penghasilan, jika jumlahnya meningkat setiap tahun, besarnya komitmen bisa ditingkatkan.<br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
Kedua</span>, tetapkan tujuan finansial. Bisa dari pengeluaran <span style="font-style: italic;">lifestyle </span>seperti tujuan beli tas, atau langsung tujuan primer, seperti dana pendidikan. Ini penting karena menentukan arah. Saat menabung/investasi tanpa tujuan finansial, kita akan kehilangan arah dan mulai sabotase upaya menabung. <br />
<span style="font-weight: bold;"><br />
Ketiga</span>, catat ini: <span style="font-style: italic;">There's no such thing as "pengeluaran tak terduga"</span>. Jadi, anggarkan semuanya. Supaya bila misalnya ada kerabat yang menikah, sudah memang ada dana untuk hadiah. Bisa juga dengan menyiapkan “Dana Darurat” –bila ada kondisi yang benar-benar darurat, sehingga tidak akan mengganggu pos pengeluaran bulanan yang sudah disusun rapi.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-86476340557305813222011-08-23T19:46:00.000-07:002011-08-23T19:46:02.183-07:00Persiapan Biaya Sekolah Anak dari Reksadana<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/38/P" /></div>Dana sekolah anak diantaranya bisa diperoleh dari investasi yang uangnya dikelola oleh sebuah perusahaan manajemen investasi. Laporan perkembangan reksadana ini akan dikirim setiap satu atau beberapa bulan sekali. <br />
<br />
Reksadana ada beberapa jenis, jadi dapat digunakan secara berkala sesuai dengan jangka waktu jenjang pendidikan tiap anak. Reksadana dapat digunakan untuk melawan inflasi pendidikan yang tinggi. Reksadana juga dapat dibeli kapan saja dan dicairkan kapan saja sesuai ketentuan yang berlaku di prospektus.<br />
<br />
Reksadana ini produk yang teregulasi dengan sangat baik oleh Bapepam-LK sehingga para pihak yang terlibat dapat mempertanggungjawabkan tindakannya. Setiap jenis reksadana memiliki risiko dan hasil investasi yang berbeda-beda. Jenis reksadana antara lain, pasar uang, pendapatan tetap, saham. Ada juga reksadana terproteksi dan reksadana penyertaan terbatas.<br />
<br />
Reksadana merupakan produk investasi jangka panjang yang memberikan hasil investasi yang tinggi. Investasi jenis ini cocok untuk persiapan dana pendidikan anak-anak Anda, dengan catatan dana tidak akan dibutuhkan dalam waktu dekat. </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-42269472151621372152011-08-23T19:45:00.001-07:002011-08-23T19:45:18.275-07:00Persiapan Dana Pendidikan Anak dari Properti<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/37/P" /></div>Persiapan pendidikan anak bisa dari membeli tanah atau rumah. Dua jenis investasi ini hasilnya cukup besar, meski baru bisa dinikmati dalam waktu panjang. Anda bisa membeli properti dengan perhitungan akan menjualnya 7 atau 10 tahun mendatang saat harganya sudah tinggi. <br />
<br />
Artinya properti itu dibeli ketika anak masih kecil dan direncanakan untuk masuk PT. Bisa juga dengan menyewakan properti tersebut. Hasil sewanya bisa digunakan untuk biaya pendidikan bulanan. Yang perlu diingat adalah menjual properti butuh waktu, sulit terjual dalam waktu 2 hari.<br />
<br />
Rumah atau tanah adalah properti yang baik. Namun harus diingat, memiliki tanah akan lebih menguntungkan karena Anda tidak perlu mengeluarkan dana tambahan untuk perawatan. Sedangkan rumah atau apartemen, Anda harus mengeluarkan dana ekstra untuk perawatan. Rumah yang tidak dirawat akan cenderung rusak dan menjatuhkan harga. <br />
<br />
Memiliki properti merupakan investasi jangka panjang karena Anda akan membutuhkan waktu untuk menjual properti, karenanya untuk dana pendidikan, investasi properti akan cocok apabila uang pendidikannya Anda butuhkan masih lama, paling tidak sepuluh tahun mendatang.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-19558913085438339722011-08-23T19:44:00.001-07:002011-08-23T19:44:33.998-07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;">Siapkan Deposito untuk Sekolah Anak</div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/36/P" /></div>Hampir sama dengan menabung, deposito adalah menyimpan uang di bank, tapi bunganya lebih besar yaitu sekitar 6% per tahun. Hanya saja bank mensyaratkan jumlah minimal untuk bisa membuka deposito yaitu Rp 8.000.000. Anda tak bisa mengambil uang kapan saja seperti tabungan. Uang yang didepositokan tak bisa ditarik untuk jangka waktu tertentu, 1 bulan, 3 bulan atau 1 tahun. Dana deposito bisa digunakan untuk kebutuhan jangka pendek seperti uang les.<br />
<br />
Untuk membuka deposito memang tidak ada keharusan kapan waktunya. Namun ada baiknya sejak balita Anda sudah memilikinya. Sisihkan 10% dari pendapatan setiap bulannya kemudian bila dana sudah mencukupi bukalah deposito. Semakin besar jumlah uang yang Anda depositokan tentu akan semakin besar pula dana yang Anda terima setiap bulannya.<br />
<br />
Jika Anda ingin dana deposito bertambah, buatlah deposito dalam bentuk auto roll over, artinya bunga yang diterima setiap bulannya ditambah ke dalam jumlah dana deposito sehingga setiap bulan dana deposito bertambah jumlahnya.<br />
<br />
Contohnya, Anda punya deposito Rp 100.000.000. Setiap bulan bunga yang diterima sebesar Rp 500.000 sehingga jumlah menjadi Rp 100.500.000. Bulan depannya jumlah Rp 100.500.000 akan dibungakan lagi. Demikian setiap bulannya.<br />
<br />
Baca juga:<br />
<ul><li><a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/pentingnya.asuransi.pendidikan/001/004/34/3" target="_blank" title="">Pentingnya Asuransi pendidikan</a></li>
<li><a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/investasi.tabungan.demi.pendidikan.anak/001/004/35/3" target="_blank" title="">Investasi Tabungan Demi Pendidikan Anak </a></li>
<li><a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/persiapan.dana.pendidikan.anak.dari.properti/001/004/37/3" target="_blank" title="">Persiapan Dana Pendidikan Anak dari Properti</a></li>
<li><a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/persiapan.biaya.sekolah.anak.dari.reksadana/001/004/38/3" target="_blank" title="">Persiapan Biaya Sekolah Anak dari Reksadana</a><br />
</li>
</ul></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-27969898700581881432011-08-23T19:43:00.000-07:002011-08-23T19:43:00.508-07:00Investasi Tabungan Demi Pendidikan Anak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/35/P" /></div>Menyimpan dana investasi dalam tabungan boleh jadi paling popular karena prosesnya mudah, membuat rekening di bank dan menyimpan sejumlah dana. <br />
<br />
Keuntungan dari menabung adalah tidak terikat oleh waktu, Anda bisa menarik dana kapan saja. Dananya bisa digunakan untuk uang pangkal, SPP, les, dan kebutuhan lain yang sifatnya rutin. <br />
<br />
Sisihkan sekitar 10% setiap bulan dari pendapatan untuk ditabung. Sebaiknya Anda memiliki rekening tersendiri (tidak dicampur dengan rekening yang digunakan untuk pengeluaran sehari-hari) khusus untuk tabungan pendidikan. <br />
<br />
Namun perlu diingat, untuk investasi tabungan, simpanan dana tidak akan mencukupi karena bunga yang diberikan pihak bank tidaklah besar. Ada baiknya Anda menambahnya dengan investasi lain seperti deposito atau properti.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-10455708149368771562011-08-23T19:42:00.000-07:002011-08-23T19:42:10.297-07:00Pentingnya Asuransi pendidikan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/34/P" /></div>Sesuai fungsinya, asuransi pendidikan adalah untuk proteksi. Pemilik asuransi adalah ayah atau ibu yang menjadi pencari nafkah utama. Pemilik asuransi diharuskan membayar premi dalam jumlah dan waktu tertentu sesuai pilihan. <br />
<br />
Keuntungannya, pemilik asuransi akan mendapatkan dana tiap kali putra-putri memasuki jenjang pendidikan baru, SD, SMP, SMA, dan PT. Selain itu dana asuransi akan tetap diberikan jika pemiliknya meninggal dunia dengan tanpa membayar premi lagi. Sebaliknya dana yang diambil sebelum waktunya akan dikenakan pinalti, diharuskan membayar dalam jumlah tertentu. <br />
<br />
Kapan asuransi ini Anda mulai? Sebaiknya sejak usia anak dini. Anda dapat memulai program asuransi ini sejak anak berusia 0 tahun karena premi yang dibayarkan bisa lebih murah ketimbang kalau Anda mengikuti asuransi saat anak sudah lebih besar, premi yang harus dibayarkan akan lebih tinggi. Usia anak dengan batas maksimal 12 tahun dan usia orang tua juga menjadi faktor penentu besarnya premi. <br />
<br />
Anda kemudian tinggal menghubungi pihak asuransi. Lalu, berdasarkan rencana Anda, pihak asuransi akan menghitung berapa dana yang diperlukan untuk masing-masing jenjang pendidikan. Dari situ, bisa disimpulkan berapa besar premi yang harus dibayarkan setiap bulan. Pihak asuransi juga akan menghitung dana yang terkumpul dengan premi yang sudah ditentukan.<br />
<br />
Contohnya, jika saat ini pendapatan Anda sekitar Rp 5 juta per bulan, asumsikan 10%- nya untuk biaya asuransi pendidikan anak, yaitu sebesar Rp 500 ribu per bulan, atau sekitar Rp 6,5 juta per tahun</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-18331771560841928282011-08-23T19:36:00.000-07:002011-08-23T20:11:46.543-07:00Merencanakan Dana Sekolah Anak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/33/P" /></div>Agar pendidikan dan kehidupan anak kelak selalu terjamin, rencanakan dahulu keuangan dari jauh-jauh hari, salah satunya melalui investasi. Ketahui dahulu perkiraan dana yang dibutuhkan sebelum menentukan pilihan investasi. <br />
<br />
Ketika anak pertama, Laura, lahir, Amel dan Rafli memutuskan menyisihkan penghasilan mereka untuk dana pendidikan, mengingat biaya pendidikan terus meningkat. Amel dan Rafli menimbang-nimbang manakah yang terbaik dan manakah yang cocok dengan rencana pendidikan anak mereka. Begitu banyak pilihan. Antara lain asuransi, tabungan pendidikan, tabungan deposito, reksadana, properti, dan lain sebagainya. <br />
<br />
Menurut financial planner, Ligwina Poerwo-Hananto, sebelum menentukan jenis investasi pendidikan, sebaiknya orang tua mengetahui lebih dahulu berapa perkiraan dana yang dibutuhkan. Tak sedikit orang membeli produk tanpa memikirkan manfaat dari tujuan tersebut. Bahkan orang tua cenderung membeli produk karena ditempeli “pendidikan” di belakangnya. <br />
<br />
Selain itu, menurut Ligwina, asumsikan biaya pendidikan per jenjangnya. Jenjang pendidikan TK hingga SMA asumsikan mengalami inflasi 20% per tahun sedangkan S1, 15%. <br />
<br />
‘’Anak adalah tanggung jawab kita. Jadi harus betul-betul berhitung berapa kebutuhannya di masa depan dengan memilih apakah produk ini sesuai dengan kebutuhannya atau tidak,” paparnya. Ligwina menyarankan sebaiknya orang tua menyiapkan dana pendidikan sejak semasa hamil. Bahkan, pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak juga perlu menyiapkan dana pendidikan karena usia bertambah, sementara belum tahu kapan akan hamil. Jika hamil di usia lanjut, jangka waktu usia produktif semakin pendek sementara anak masih kecil.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-84037173974497378872011-08-23T19:34:00.000-07:002011-08-23T19:34:34.823-07:00Strategi Perencanaan Keuangan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/22/P" /></div><div>Ingin bebas krisis finansial? Ikuti strategi Perencanaan Keuangan dari Ligwina Hananto dalam bukunya "Plan Now"</div><ol><li>Biasakan cermat mengelola uang, manfaatkan investasi berkala, tentukan tujuan finansial utama dan tujuan finansial lainnya.</li>
<li>Mulai mengubah dan mengaktifkan uang. Siapkan dana darurat dan dana cadangan, raih tujuan finansial terdekat -jangka pendek dan menengah- serta tambah dana darurat hingga lebih dari 12 bulan.</li>
<li>Alokasi dana pembelian aset aktif. Awali dengan menambah pengetahuan tentang keuangan, mencari lokasi informasi alternatif aset aktif (bisnis, properti, surat berharga) setelah itu baru action.</li>
<li>Menerima pendapatan pasif. Beli aset aktif dan mulailah menerima pendapatan pasif sehingga jumlahnya - lama-lama - setara dengan pengeluaran bulanan Anda. Sambil menunggu, teruslah mencari informasi alternatif aset aktif. Anda disebut mencapai tujuan finansial dan bebas secara finansial bila pendapatan pasif Anda lebih besar daripada pengeluaran bulanan. Hore! http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Keuangan/strategi.perencanaan.keuangan</li>
</ol></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-19672051452281220982011-08-23T19:11:00.000-07:002011-08-23T19:11:02.111-07:00Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/7/P" /></div>Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?<br />
<br />
“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan. <br />
<br />
Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:<br />
<strong>1. </strong> <strong> Pahami <em>portfolio</em> keuangan keluarga Anda.</strong> Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.<br />
<strong>2. Susun rencana keuangan atau anggaran.</strong> Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.<br />
<strong>3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”.</strong> Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak. <br />
<strong>4. Hindari hutang. </strong>Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif. <br />
<strong>5. Meminimalkan belanja konsumtif. </strong>Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain. <br />
<strong>6. Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. </strong>Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.<br />
<strong>7. Menabung, menabung, menabung.</strong> Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.<br />
<strong>8. Berinvestasilah!</strong> Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal! </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-5769130868270309242011-03-19T00:41:00.000-07:002011-03-19T00:41:36.703-07:00Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/7/P" /></div>Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?<br />
<br />
“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan. <br />
<br />
Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:<br />
<strong>1. </strong> <strong> Pahami <em>portfolio</em> keuangan keluarga Anda.</strong> Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.<br />
<strong>2. Susun rencana keuangan atau anggaran.</strong> Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.<br />
<strong>3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”.</strong> Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak. <br />
<strong>4. Hindari hutang. </strong>Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif. <br />
<strong>5. Meminimalkan belanja konsumtif. </strong>Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain. <br />
<strong>6. Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. </strong>Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.<br />
<strong>7. Menabung, menabung, menabung.</strong> Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.<br />
<strong>8. Berinvestasilah!</strong> Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!<br />
<br />
<div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;">2. Cara Sederhana Menyusun Anggaran</div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/8/P" /></div><div>Agar pengelolaan keuangan keluarga Anda lebih terencana, Anda perlu menyusun anggaran alias rancangan budget. Dari sini Anda bisa melihat dengan rinci lalu lintas keuangan Anda: pemasukan dan pengeluaran. Berikut ini adalah <em>step-by-step</em> menyusun anggaran secara sederhana:</div><br />
<strong>Tahap 1: Kelola gaji atau penghasilan Anda.</strong> Bila Anda dan suami bekerja atau punya usaha, maka penghasilan Anda berdua adalah pemasukan keluarga. Masukkan juga pemasukan dari bukan gaji (rutin), seperti bisnis sampingan, hasil jual-beli properti, dividen saham, bunga deposito dan lainnya.<br />
<br />
<div><strong>Tahap 2:</strong> <strong>Datalah semua pengeluaran sebulan</strong> mulai dari pengeluaran rumah tangga sampai keperluan anak dan diri sendiri: listrik, telepon, transportasi (termasuk suku cadang, servis, bensin), anak (uang sekolah, ongkos dan lainnya), pekerja (pengasuh, pembantu, sopir). Jangan lupa memasukkan cicilan hutang (kredit mobil dan KPR), biaya kesehatan, dana untuk pribadi (keperluan diri sendiri dan pasangan).</div><br />
<strong>Tahap 3: </strong>Masukkan ke daftar pengeluaran Anda sejumlah uang untuk <strong>dana darurat.</strong> Ini penting karena dalam keadaan genting, Anda harus bisa menjamin keluarga tetap dapat menjalani hidup dengan layak dari dana ini. Tak kalah penting adalah sejumlah uang untuk ditabung dalam pengeluaran Anda.<br />
<br />
<strong>Tahap 4:</strong> Setelah menghitung jumlah penghasilan dan pengeluaran, <strong>hitunglah sisanya</strong>. Jika masih ada <strong>sisa yang cukup</strong>, berarti keuangan keluarga Anda <strong>sehat</strong>. Waspada bila ternyata keuangan Anda menunjukkan saldo negatif. Pola keuangan kita seringkali memang cukup memalukan untuk diakui. Pendapat Anda kurang?! Belum tentu! Menurut, ahli perencana keuangan <span style="font-weight: bold;">Ligwina Hananto</span>, "<em>It's not about how much you earn, but how much you spend</em>". Terdengar sangat akrab dengan situasi Anda?!<br />
<br />
Baca:<br />
<a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Keuangan/cara.sederhana.mengelola.keuangan.keluarga/001/004/7/1/2" target="" title="">Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga</a><br />
<a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Keuangan/strategi.perencanaan.keuangan/001/004/22/2/2" target="" title="">strategi Perencanaan Keuangan </a><br />
<a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Keuangan/keluarga.memilih.asuransi.kesehatan/001/004/3/1/2" target="" title="">Memilih Asuransi Kesehatan </a><br />
<a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Keuangan/tepat.memilih.asuransi.kesehatan.untuk.balita/001/004/20/2/2" target="" title="">Tepat Memilih Asuransi Kesehatan Untuk Balita</a><br />
<a href="http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Keluarga/Keuangan/menyiapkan.anggaran.liburan/001/004/30/3/2" target="" title="">Menyiapkan Anggaran Liburan </a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-14547561555058601122010-12-09T19:34:00.000-08:002009-09-27T18:30:36.928-07:00sukses<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPzKkJhRY6SHf1WDCjgnZE-10aqJrM78romfznA6GyM8l0IP8Kg7mPTItIdz4HGOOqmmEDeQlalWoAvXBhgp-YPG-B0SkIASm3v2AkkGbaiujRk9rcGUScWTvXGX_WJQsQTiAITTgxIifq/s1600-h/Picture8.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 244px; height: 314px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPzKkJhRY6SHf1WDCjgnZE-10aqJrM78romfznA6GyM8l0IP8Kg7mPTItIdz4HGOOqmmEDeQlalWoAvXBhgp-YPG-B0SkIASm3v2AkkGbaiujRk9rcGUScWTvXGX_WJQsQTiAITTgxIifq/s400/Picture8.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5379661584350418962" border="0" /></a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-78794220979620404102010-09-01T22:02:00.001-07:002010-09-01T22:02:11.860-07:00Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga<div class="textBold03" id="ctl00_CPHMain_divJudul" style="font-size: 18px; margin-bottom: 8px;"></div><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;"><img src="http://www.ayahbunda.co.id/support/image.content/02/001/004/7/P" /></div><div>Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?<br />
<br />
“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan. <br />
<br />
Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:<br />
<strong>1. </strong> <strong> Pahami <em>portfolio</em> keuangan keluarga Anda.</strong> Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.<br />
<strong>2. Susun rencana keuangan atau anggaran.</strong> Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.<br />
<strong>3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”.</strong> Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak. <br />
<strong>4. Hindari hutang. </strong>Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif. <br />
<strong>5. Meminimalkan belanja konsumtif. </strong>Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain. <br />
<strong>6. Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. </strong>Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.<br />
<strong>7. Menabung, menabung, menabung.</strong> Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.<br />
<strong>8. Berinvestasilah!</strong> Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal! <br />
</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-18172826722112658062010-08-18T01:09:00.001-07:002010-08-18T01:09:49.009-07:00UANG<span><span><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Mohon diingat tiga aturan tentang uang :</span></div><ul><li><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Dapatkan sesegera mungkin</span></div></li>
<li><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Simpan selama mungkin</span></div></li>
<li><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Keluarkan serendah mungkin</span></div></li>
</ul><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Mulai hari ini, marilah perhatikan semua prilaku pembelian kita, dan mulaikah terapkan beberapa aturan sederhana berikut ini :</span></div><ul><li><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Jangan pernah membeli sesuatu karena ia murah</span></div></li>
<li><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Jangan pernah membeli sesuatu yang tidak membuat Anda lebih berguna bagi orang lain</span></div></li>
<li><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Jangan pernah membeli sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan Anda menghasilkan uang</span></div></li>
<li><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Jangan pernah membeli sesuatu karena Anda khawatir dilihat tidak kaya</span></div></li>
<li><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Jangan pernah menganggap uang pinjaman sebagai yang tambahan belanja</span></div></li>
</ul><div 0cm="" 0pt\="" class="\"MsoNormal\""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Jika Anda sudah melakukan semua hal diatas namun pendapatan masih bersaing dengan pengeluaran, saya ucapkan selamat karena memang pengeluaran atau biaya hidup sudah hampir pasti akan berusaha mengalahkan kemampuan Anda menghasilkan income.</span></div><div 0cm="" 0pt;="" class="\"MsoNormal\"" justify\="" text-align:=""><span 11pt;="" arial\="" font-family:="">Untuk itu mulai sekarang coba Anda check, apakah yang Anda kerjakan sekarang saat ini sudah menggunakan semua kemampuan Anda.<span> </span>Jangan hanya terlalu fokus untuk mencari uang, namun buatlah diri Anda lebih sibuk dari sebelumnya, dan pastikan kesibukan Anda meningkatkan kualitas diri Anda, dengannya Anda akan dicari uang.</span></div><span 11pt;="" arial\="" font-family:=""> </span></span></span><br />
Begitu dulu Hesti Agustina.<br />
<br />
Terima kasih dan Salam Super,<br />
Mario TeguhUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-47923106874681048032009-10-21T18:58:00.000-07:002009-10-21T18:59:14.851-07:00Mengenal_Inflasi<p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa inflasi pada bulan Juni adalah sebesar 2,46 persen. Sementara nilai inflasi year on year adalah 11,03 persen.</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">1. Mengenal istilah inflasi.</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">Secara sederhana, inflasi berarti Anda harus membayar lebih mahal untuk barang yang hendak Anda beli. Misalkan inflasi bahan bakar premium adalah 33,33 persen, maka harga yang harus Anda bayar untuk setiap liter premium meningkat, dari harga lama Rp. 4.500,- menjadi Rp. 6.000,-.</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">Dalam ilmu ekonomi, inflasi memang selalu terjadi. Kenaikan harga barang lebih baik daripada penurunan harga barang, karena akan memicu produsen untuk menghasilkan lebih banyak barang. Yang harus dikendalikan adalah berapa besar nilai inflasinya, agar jangan sampai mengganggu daya beli masyarakat.</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">======================================================================</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">2. Bersiaplah menghadapi inflasi.</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">Inflasi berpengaruh terhadap semua barang yang Anda butuhkan: makanan, pakaian, perumahan, air, listrik, gas, kesehatan, pendidikan, rekreasi, transportasi dan lain-lain. Oleh karena itu Anda harus mempersiapkan diri Anda terhadap inflasi.</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">Bagaimana caranya? Misalkan Anda hendak menyiapkan dana pendidikan untuk anak Anda yang hendak duduk di bangku kuliah dalam waktu 3 tahun mendatang. Misalkan biaya masuk kuliah pada tahun ini adalah Rp. 30.000.000,-, maka Anda dapat memperkirakan bahwa dalam waktu 3 tahun mendatang biaya masuk kuliah akan meningkat menjadi Rp. 39.930.000,- (asumsi inflasi 10% per tahun).</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">Dengan perkiraan biaya masuk kuliah di masa mendatang, maka jumlah uang yang harus Anda siapkan adalah Rp. 39.930.000,-. Bila Anda tidak memperkirakan inflasi dan hanya menyiapkan Rp. 30.000.000,-, maka Anda akan kekurangan 10 juta pada saat hendak membayar biaya masuk kuliah anak Anda.</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">======================================================================</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">3. Nilai tabungan Anda digerogoti oleh inflasi.</tt></p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">Anda juga perlu mengingat bahwa setiap sen yang Anda simpan, daya belinya selalu digerogoti oleh inflasi. Misalkan saja Anda menyimpan Rp. 1.000.000,- sekarang. Kita ambil contoh harga nasi goreng sekarang</tt><tt class="letterText"> adalah Rp. 10.000,-. Artinya dengan seluruh tabungan Anda, pada saat ini Anda dapat membeli nasi goreng sebanyak 100 piring. Dalam waktu 3 tahun mendatang harga nasi goreng sudah naik menjadi Rp. 13.000,- karena inflasi. Asumsi tabungan Anda tidak dipotong oleh<br />biaya administrasi dan tidak mendapatkan bunga, maka dengan total nilai tabungan Rp. 1.000.000,- Anda hanya dapat membeli nasi goreng sebanyak 77 piring. Terjadi penurunan daya beli tabungan Anda sebanyak 23 piring nasi goreng. Hal ini adalah akibat dari inflasi.</tt> </p> <p style="text-align: justify;"><tt class="letterText">Oleh karena itu, bila Anda ingin menabung untuk jangka waktu panjang maka lebih baik Anda membeli produk investasi yang hasilnya lebih tinggi dari inflasi. Misalnya adalah reksadana saham.</tt></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-72369211168959815962009-09-27T18:34:00.001-07:002009-09-27T18:38:23.047-07:00Menghalau Biaya Sekolah Mahal<table class="contentpaneopen"><tbody> <tr> <td valign="top"> <span class="small"> Ditulis oleh Mike R. Sutikno, CFP </span> </td> </tr> <tr> <td class="createdate" valign="top"> Selasa, 16 Juni 2009 00:00 </td> </tr> <tr> <td valign="top"> <div id="toolbar-article"><br /></div> <div id="toolbar-articlebody"> Setiap orang tua pasti setuju bahwa pendidikan mempunyai peranan besar terhadap masa depan anaknya. Sehingga demi mendapatkan pendidikan yang terbaik, maka menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang pendidikan yang paling tinggi adalah salah satu cara agar si anak mampu mandiri secara finansial nantinya. Namun mahalnya biaya pendidikan saat ini ditambah lagi dengan naiknya biaya pendidikan dari tahun ketahun seringkali membuat orang tua tidak mampu menyediakan dana pendidikan tersebut pada saat dibutuhkan.<br /><br />Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat bangkrutnya perusahaan – perusahaan yang kemudian berbuntut PHK atau dikarenakan karena ketidak pastian kondisi ekonomi juga turut menjadi penyebab ketidaksiapan orang tua dalam menyiapkan dana pendidikan anak. Bagaimana jika kehilangan penghasilan tersebut karena meninggal , sakit parah, atau kecelakaan yang menyebabkan cacat ? Siapa yang akan membayar biaya pendidikan anak Anda nanti ?<br /><br />Tingginya biaya pendidikan saat ini , naiknya biaya pendidikan dari tahun ke tahun, resiko terhentinya penghasilan karena kehilangan pekerjaan atau karena meninggal atau sakit adalah sebab – sebab utama mengapa orang tua perlu mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini. Dengan demikian Anda akan mempunyai waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkannya. Jika memiliki waktu persiapan yang cukup maka akan semakin mudah bagi Anda untuk mencapai target dana pendidikan yang ingin dicapai.<br /><br />Berikut langkah-langkah, menghitung kebutuhan dana pendidikana anak, sbb :<br />1.Hitunglah berapa jumlah total dana tunai atau harta yang segera bisa diuangkan saat ini. Contoh tabungan, deposito, emas, reksa dana, saham, dan yang setara<br />2.Hitung berapa kebutuhan dana pendidikan anak-anak Anda tiap jenjang pendidikan. Contoh : untuk anak yang sudah kelas III SMA , maka jenjang pendidikan berikutnya adalah persiapan biaya masuk perguruan tinggi. Sedangkan untuk anak-anak yang masih di bangku SMP, maka harus dihitung biaya masuk SMA dan uang pangkal perguruan tinggi. Jumlahkan total keseluruhannya.<br />3.Hitung selisih antara total tersedianya dana dengan total kebutuhan dana. Jika terjadi selisih lebih berarti biaya pendidikan anak sudah tercover. Jika terjadi selisih kurang, maka lanjutkan ke langkah ke 4<br />4.Untuk mengatasi kekurangan dana pendidikan anak, maka ada dua solusi yang bisa dilakukan yaitu : 1) berusahalah melakukan penghematan dengan mengurangi biaya pendidikan agar dana yang tersedia cukup. Mungkin bisa dicari sekolah yang lebih terjangkau dengan kualitas yang sama tidak jauh berbeda ; 2) berusaha mengcover kekurangan dana pendidikan dengan melakukan investasi. Jika belum memiliki investasi dana pendidikan anak, Anda bisa mempersiapkannya dengan mengikuti program tabungan atau asuransi pendidikan.<br /><br />Halau biaya sekolah mahal dengan menabung sejak dini. Ingat , makin panjang waktu menabungnya makin ringan setoran tabungannya makin besar akumulasi tabungannya.</div></td></tr></tbody></table>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-82187513533064998002009-09-27T18:31:00.000-07:002009-09-27T18:38:40.788-07:00Pensiunlah Sejak Hari Pertama Kerja !<table class="contentpaneopen"><tbody> <tr> <td valign="top"> <span class="small"> Ditulis oleh Mike R. Sutikno, CFP </span> </td> </tr> <tr> <td class="createdate" valign="top"> Selasa, 23 Juni 2009 00:00 </td> </tr> <tr> <td valign="top"> <div id="toolbar-articlebody"> Umumnya selama masa kerja, seorang karyawan wajib mengikuti program pensiun untuk persiapan pensiunnya. Jadi tiap bulan otomatis dipotong dari rekening gajinya sejumlah tertentu kemudian di setorkan ke rekening pensiun. Ketika masa pensiun tiba dan berhenti juga setoran investasi pensiun, maka selanjutnya tibalah saat untuk mengambil dana pensiun. Biasanya dana pensiun diambil secara rutin bulanan, tujuannya untuk mencover pengeluaran rutin rumah tangga setelah pensiun. Pengeluaran rutin ini contohnya seperti belanja dapur, tagihan telpon, listrik, uang saku anak sekolah, gaji pembantu,dll. Program pensiun ini bisa di buat oleh perusahaan sendiri atau mengikuti program Jaminan sosial tenaga kerja. Jika seorang karyawan ternyata belum mengikuti program pensiun dari perusahaan pemberi kerja maupun dari Jamsostek, maka dirinya masih bisa mengikuti program pensiun dari bank atau perusahaan asuransi.<br /><br />Dari konsep program pensiun sendiri dapatlah ditarik kesimpulan bahwa program pensiun ditujukan untuk membiayai pengeluaran rutin biaya hidup setelah pensiun. Jadi jika sebelum pensiun pengeluaran rutin rumah tangga di biayai dari gaji, maka setelah pensiun dibiayai dari dana pensiun. Menggunakan penghasilan pensiun untuk tujuan lain misalnya membayar uang pangkal sekolah anak, membeli mobil, dll. Akan menyebabkan pengeluaran rumah tangga setelah masa pensiun tidak bisa di penuhi. Karena itu agar kebutuhan hari tua Anda tercukupi, prioritaskan dana pensiun Anda untuk pengeluaran rutin bulanan rumah tangga. Nah sekarang tinggal memastikan apakah Anda sudah secara otomatis telah mengikuti program pensiun dari perusahaan, jamsostek atau lembaga keuangan lainnya. Jika belum, segeralah mengikuti salah satu program pensiun seperti tersebut diatas. Sumber dana untuk setoran investasi pensiun ini bisa di potong langsung dari gaji Anda saat ini.<br /> <br />Usia rata-rata pensiun pegawai di Indonesia adalah 55 tahun, sehingga Anda masih mempunyai waktu 5 tahun lagi sebelum gaji Anda berhenti. Namun penghasilan tidak harus dari gaji bukan ? Karena itu usia pensiun bukanlah ”harga mati”. Jika selama menjadi karyawan Anda terikat pekerjaan, maka dengan pensiun tibalah saat kebebasan melakukan yang benar-benar Anda inginkan. Pertimbangkanlah untuk segera merintis usaha sendiri yang bisa menjadi penghasilan di masa pensiun nanti. Pililhlah bidang-bidang usaha yang Anda minati dengan kebutuhan modal yang relatif kecil. Sebagai pemula Anda tidak perlu bekerja sendiri, namun bisa juga bergabung dengan usaha lain yang sudah berhasil. Misalnya membeli franchise yang saat ini banyak ditawarkan dengan jumlah investasi yang kecil saja. Jika Anda rintis sejak sekarang, mudah-mudahan 5 tahun lagi ketika Anda pensiun, usaha tersebut sudah berjalan dengan sendirinya dan bisa memberikan penghasilan pensiun kepada Anda.<br /><br />Janganlah masa pensiun disamakan dengan pengangguran, sebab Anda tidak akan benar-benar bisa menikmati hidup jika tidak berkarya. Beraktifitas membuat fisik kita lebih sehat sambil mengasah tingkat intelektualitas kita . Nah, kalau dari aktifitas tersebut malah menghasilkan penghasilan di masa pensiun nanti, tentunya menjadi bonus yang sangat menyenangkan bukan. Nah tunggu apa lagi, ayo siapkan pensiun sejak hari pertama kerja.</div></td></tr></tbody></table>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-8282292312751323082009-09-24T22:46:00.000-07:002009-09-27T18:39:18.571-07:00Rumahku Kantorku<table class="contentpaneopen"><tbody> <tr> <td valign="top"> <span class="small"> Ditulis oleh Mike Rini Sutikno CFP </span> </td> </tr> <tr> <td valign="top"> <div id="toolbar-articlebody"> Masyarakat dunia saat ini mengalami gejala cocooning ( kokon, kepompong). Mereka lebih suka melakukan hampir semua aktifitasnya dari rumah. Terutama dalam melakukan pekerjaan mereka. Nampaknya ide berangkat kerja saat Subuh dan pulang kantor setelah Magrib , benar-benar meletihkan jiwa dan raga. Terutama di kota-kota besar , contohnya Jakarta . Anda akan terkejut jika menghitung berapa banyak waktu tersia-sia karena jalanan yang super macet. Orang-orang semakin ingin mandiri,mereka menginginkan suatu kebebasan pribadi dan berharap lebih banyak memiliki pilihan dalam hidup ini.<br /><br />Pada dasarnya semua orang adalah malas, dan jika dimungkinkan orang akan memilih sesuatu kenyamanan dan menghindari sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman, untuk beberapa alasan sederhana :<br />- Orang semakin ingin dekat dengan keluarga.<br />- Orang ingin punya usaha sendiri yang memungkinkan adanya sumber pendapatan yang lebih baik.<br />- Orang ingin menekuni sebuah hobi sendiri.<br />- Orang ingin menghindari stress.<br />- Orang ingin menghindari kemacetan.<br /><br />Bekerja di rumah sendiri, tanpa harus macet dijalanan, bisa istirahat kapan saja, mulai kapan saja, sambil menikmati televisi, bercanda dengan keluarga, sambil melakukan hobi, mempunyai waktu untuk olahraga. Dan banyak lagi kelebihan yang lain yang perlu dipertimbangkan, kalau anda bekerja dari rumah. menjalankan bisnis dari rumah.<br /><br />Tentu saja dibalik semuanya itu ada harga yang harus dibayar, ada usaha yang perlu dilakukan. Berbisnis dari rumah bukanlah sulap yang bisa memberikan banyak uang dalam semalam. Anda harus melakukan kerjanya dan mempunyai informasi bagaimana melakukannya.<br /><br /><br /><strong>Home Head Office or Home Branch Office</strong><br /><br />Tidak semua jenis bidang pekerjaan dan memang masih jarang perusahaan yang sudah melaksanakan konsep bekerja dari rumah. Para pekerja lapangan dan mereka dengan profesi yang mengharuskannya berpindah-pindah, bahkan nyaris tidak pernah berada di rumah.<br /><br />Kemajuan tehnologi informasi memungkin kita untuk terkoneksi dimana saja kapanpun juga. Anda bisa tetap menyelesaikan berbagai macam tugas-tugas kantor tanpa harus hadir di kantor. Mulailah berpikir bahwa rumah anda adalah kantor cabang dari perusahaan tempat bekerja. Sewaktu-waktu jika diperlukan anda tentunya harus memenuhi jadwal meeting atau menyelesaikan berbagai urusan administrasi lainnya yang memerlukan kehadiran anda ke kantor pusat. Selebihnya anda harus bekerja full time di tempat anda ditugaskan di kantor cabang , alias rumah anda. Jika perusahaan tempat anda bekerja mengijinkan hal ini, maka anda bisa menjadi pegawai rumahan.<br /><br />Para pekerja mandiri, pekerja paruh waktu dan pekerja seni umumnya memiliki lebih banyak kebebasan pribadi untuk mengatur waktu bekerja dan dimana pekerjaan tersebut ingin dilakukan. Contoh, konsultan, pengajar, artis, atau penulis – kita bisa menyebut mereka profesional rumahan.<br /><br />Yang menyenangkan adalah jika anda memutuskan untuk membuat rumah anda menjadi kantor pusat anda. Disini anda tidak hanya bekerja dari rumah tetapi menjalankan bisnis sendiri dari rumah. Hampir segala kegiatan operasional dan keputusan-keputusan penting usaha di lakukan dikantor pusat ini. Karena anda menjalankan usaha dari rumah , maka anda memilih menjadi pemilik bisnis rumahan<br /><br />Intinya hampir semua pekerjaan dapat dilakukan dari rumah, anda hanya tidanggal memilih apakah akan menjadi pegawai rumahan, profesional rumahan atau pemilik bisnis rumahan.<br /><br /><br /><strong>Tips Bekerja Dari Rumah </strong><br /><br />Ketika anda memulai bekerja dari rumah, anda harus menguasai dengan cepat berbagai keterampilan sekaligus. Mulai dari pemasaran, penjualan, berhubungan dengan pelanggan, manajemen waktu, perencanaan bisnis, pengelolaan keuangan. Bukan itu saja, anda pun masih dituntut untuk memberikan produk dan jasa yang terbaik. Ditambah lagi, anda mesti menyeimbangkan urusan rumah tangga dengan pekerjaan. Mungkin dari pengalaman kerja sebelumnya sudah memberikan sejumlah informasi bagaimana menjalankan usaha. Jika belum, beberapa tip berikut ini dapat anda jadikan panduan mengenai hal apa saja yang harus anda pahami agar bekerja dari rumah dapat anda lakukan dengan optimal :<br />• Tentukan jam kerja anda<br />Bekerja tanpa patolan jam kerja, dan melakukan apapun semau anda adalah ide buruk. Anda tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaan apapun jika anda tidak memiliki disiplin waktu kerja. Tentukan berapa jam kerja yang harus anda patuhi, atau tentukan kapan ” jam masuk dan jam pulang kerja”. Bisa jadi jam kerja memang tidak beraturan, tapi secara keseluruhan harus memenuhi maksimum target jam kerja per minggu.<br />• “Result Oriented” not “Rule Oriented”<br />Bekerja sendiri di rumah terkadang bingung dalam membuat milestone ini atau target pencapaian. Terlebih jika punya beberapa pekerjaan yang harus berjalan secara “multi-tasking”. Tanpa menentukan milestone ini, mustahil kita akan mencapai “Result Oriented” yang maksimum., bukan hanya sekedar memenuhi jam kerja perminggu tadi alias “Rule Oriented”.<br />• Atmosfir kerja yang nyaman<br />Bekerja dari rumah bukan berarti bebas gangguan. Anda tidak akan bisa bekerja jika anak-anak merengek seharian, tempat kerja yang sumpek , atau sulit menemukan file penting karena segala sesuatu tidak beraturan. Tentukan ruangan di rumah yang akan anda pakai bekerja dan tidak boleh sembarang orang masuk melakukan aktifitas disitu. Juga tentukan waktu kapan melakukan tugas rumah tangga dan kapan melakukan pekerjaan.<br />• Hati-Hati Mood<br />Menunggu mood untuk bekerja , sama saja dengan menunggu bintang jatuh. Jangan mentang-mentang di rumah dan tidak ada yang mengawasi, anda kemudian bisa menunda pekerjaan. Menonton TV dulu, berlama-lama membaca koran, atau ngegosip dengan tetangga, supaya ”mood”. Anda bisa istirahat sejenak jika keletihan, di luar itu kendalikan mood anda.<br />• Social Life<br />Memanjangkan tali silaturahmi membuka pintu rejeki. Bekerja dari rumah bukan anda terkungkung . Apalagi networking sangat penting untuk karir dan bisnis anda. Perluas pergaulan jangan hanya di sekitar rumah saja atau jangan merasa cukup dengan mengikuti diskusi di berbagai milis dunia maya. Pertemuan tatap muka dengan teman-teman seprofesi atau orang lain di luar bidang pekerjaan anda akan memperluas wawasan anda. </div></td></tr></tbody></table>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-60366377507778968722009-09-24T22:43:00.000-07:002009-09-27T18:39:32.735-07:007 Langkah Menabung Mudah!<table style="width: 678px; height: 929px; text-align: left; margin-left: 0px; margin-right: auto;" class="contentpaneopen"><tbody><tr><td valign="top"><span class="small"> Ditulis oleh Mike Rini Sutikno CFP </span> </td> </tr> <tr> <td class="createdate" valign="top"> Sabtu, 07 Maret 2009 00:00 </td> </tr> <tr> <td valign="top"> <div id="toolbar-articlebody"> Betapa menyenangkannya hidup ini jika kita bisa membeli apa saja yang kita inginkan. Mungkin gadget model terbaru, sepasang sepatu, home theatre atau sekedar ngopi-ngopi di cafe. Jika hal itu kurang menarik buat anda, bagaimana dengan dana pendidikan anak, persiapan pensiun, atau barangkali naik haji bersama pasangan tercinta. Nah semuanya itu dapat kita capai asalkan kita rajin menabung. Masalahnya banyak orang masih saja sulit menabung dengan berbagai alasan. Biasanya orang mengeluh gajinya terlalu kecil , sehingga tak ada lagi yang bisa ditabung. ” Boro-boro nabung, buat kebutuhan sehari-hari saja susah !”. Kalau perusahaan mau menaikkan gaji saya , pasti saya bisa nabung.<br /><br />Padahal menabung itu tidak sulit. Menabung itu mudah. Yang harus anda lakukan adalah menyisihkan sedikit saja dari penghasilan anda secara teratur. Nah, dimana sulitnya melakukan hal itu ? Harus kita akui bahwa orang cenderung memilih kenikmatan berbelanja saat ini, dibandingkan menyimpan uang untuk kepentingan masa depan. Sebab memiliki uang namun tidak boleh menggunakannya pasti menyiksa. Inilah mengapa rencana menabung gagal di tengah jalan . Sebab kita sendiri yang melanggarnya.<br /><br />Karena itu kita harus menjalankan cara-cara yang menyenangkan dan mudah untuk menabung, berikut ini beberapa saran untuk melakukan hal itu :<br />1. Jangan pernah menggunakan kata menabung. Ganti setiap kata menabung dengan berbelanja. Jadi tiap bulan anda tetap berbelanja, Cuma belanjaannya adalah tabungan di bank.<br />2. Masukkan alokasi tabungan anda ke dalam anggaran pengeluaran keluarga. Sehingga tiap bulan anda secara otomatis belanja tabungan , layaknya belanja bulanan ke supermarket.<br />3. Menabunglah diawal. Jangan pernah menyisakan uang untuk menabung, sebab hal itu mustahil ! Gunakan fasilitas autodebet di bank yang memotong langsung rekening gaji anda begitu tanggal gajian. Sehingga anda tidak menunggu sisa uang untuk ditabung, dan tidak perlu repot ke bank.<br />4. Menabung ke emas. Menabung tidak identik dengan tabungan atau deposito di bank. Anda bisa menabung ke emas, dan mendapatkan return lebih tinggi. Hanya anda harus hati-hati menyimpannya<br />5. Dapatkan hasil lebih tinggi. Bunga tabungan kecil, sehingga dana dalam tabungan lambat berkembang. Gunakan reksadana yang menjamin keberadaan nilai uang atau obligasi pemerintah ritel seperti ORI dan Sukuk Ritel.<br />6. Miliki tujuan keuangan dalam menabung. Menabung tanpa tujuan tertentu akan membuat anda tergoda untuk menggunakan uang tabungan tersebut sebelum tujuan tercapai. Sementara dengan tujuan akan mencegah anda menggunakan uang tabungan tersebut sebelum dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan keuangannya tercapai.<br />7. Menabunglah dalam jumlah kecil tapi rutin. Jangan memaksa menabung dalam jumlah besar yang memberatkan. Jangan menunggu punya banyak uang, mendapat warisan, atau memenangkan lotere – baru menabung. Itu sulit terjadi. Menabunglah tidak mensyaratkan sejumlah uang tertentu. Menabunglah sesuai dengan kesanggupan bahkan jika itu uang recehan sekalipun. </div></td></tr></tbody></table>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-86376016839806665782009-09-15T21:28:00.000-07:002009-09-27T18:39:50.597-07:00Membagi Modal Usaha<span style="font-size:85%;color:#333333;"><strong></strong></span><span style="font-size:78%;color:#666666;">oleh: Ahmad Gozali<br /></span> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;"><span style="font-family:Arial;"><strong>Dikutip dari Republika, 01 Maret 2009</strong></span></span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Assalamualaikum Wr Wb</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Selamat Pagi Pak Gozali,<br />Saya mohon pendapat dari Bapak mengenai pembagian keuntungan usaha, yang mengacu pada masalah saya di bawah ini:<br />Calon mertua saya mendapatkan tawaran untuk berjualan stan makanan di salah satu departement store di kota kami tinggal, beliau menginginkan saya untuk menyediakan modalnya. Jadi, beliau yang akan mengolah stan itu dengan dibantu dua karyawan.<br />Bagaimana cara pembagian hasil usaha yang saling menguntungkan bagi saya sebagai penyedia modal dan calon mertua saya sebagai pengelola stand tersebut.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Terima kasih,</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Efi</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;"><strong><u>Jawaban:</u></strong></span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Waalaikumussalam Wr Wb</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Normalnya sih, pemberi modal yang tidak melakukan apa pun akan mendapatkan bagian yang lebih kecil daripada yang bekerja. Mengapa? Karena pemberi modal kan tidak keluar keringat, tidak bersusah payah untuk memantau, melayani pembeli, dan banting tulang membesarkan usaha. Jadi, wajar dong kalau yang bekerja setidaknya mendapatkan bagian yang lebih besar, karena dia tidak digaji.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Ingat ya, kalau pengelola usaha tidak digaji, maka biasanya pengelola usaha yang mendapatkan bagi hasil yang lebih besar.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Untuk besaran pastinya sih, tidak pernah ada rumusan baku, ya. Ada yang 55:45, bisa 65:35, ada yang 70:30 bahkan 85:15. Kok, bisa beda? Karena ini tergantung banyak hal dan faktor. Misalnya begini, apakah seluruh modal benar-benar dari Anda, atau sebenarnya calon mertua juga punya bagian? Lalu, seberapa besar Anda dan calon mertua akan menghargai 'tenaga' sebagai modal? Lalu, apakah bagi hasil tersebut dihitung setelah dikurangi biaya-biaya atau belum? Bagaimana dengan konsekuensi kerugian? Banyak hal lainnya.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Karena itu, saran saya adalah coba diskusikan kembali dengan calon mertua Anda terutama mengenai prospek bisnis ini dan bagi hasil yang layak untuk diberikan.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Kalau mau hitung-hitungan, coba deh lakukan simulasi. Kalau diberikan modal Rp A, maka keuntungannya adalah Rp B. Sedangkan Anda ingin untung Rp C dan calon mertua ingin untung Rp D. Dari situ kemudian bisa dihitung berapa persen bagi hasil yang Anda inginkan dan berapa persen yang diinginkan oleh pengelola usaha tersebut. Kalau hitungannya tidak sinkron, barulah terjadi tawar-menawar. Dalam bisnis, tawar-menawar itu normal dan biasa, tidak perlu merasa sungkan.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Sebagai tambahan, ada baiknya sebelum menjalankan suatu usaha kita sudah memperkirakan apa saja konsekuensinya. Mulai dari untung sebesar-besarnya, rugi sebesar-besarnya hingga hubungan tidak harmonis dengan pihak tertentu. Biasanya untuk menghadapi dan menghindari konsekuensi terburuk hal ini, apalagi jika itu kenalan baik atau saudara, perlu ditegaskan kembali sejak awal bahwa hubungan bisnis yang akan dijalani adalah profesional. Bahkan untuk beberapa pihak hubungan ini perlu ditegaskan dalam bentuk surat perjanjian.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Namun, jika memang Anda belum bisa melakukan hal tersebut, ada baiknya Anda juga mempersiapkan diri dari awal untuk merelakan uang Anda. Bukan berarti Anda tidak berusaha memantau ya. Hanya saja, yang mengajak Anda bekerja sama adalah 'calon' mertua, yang mungkin hubungannya akan menjadi sangat kompleks jika terjadi kegagalan dalam bisnis. Dan, Anda juga akan lebih tenang kalau memang sudah tahu segala konsekuensinya dari awal.</span></p> <p align="justify"><span style="font-family:Arial;">Salam.<br />Ahmad Gozali<br />Perencana Keuangan</span></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-31728350045982569502009-09-15T21:27:00.001-07:002009-09-27T18:40:05.810-07:00Pilih Unit Link atau Asuransi Murni?<span style="font-size:85%;color:#333333;"><strong></strong></span><span style="font-size:78%;color:#666666;">oleh: Ahmad Gozali<br /></span> <p><span style="font-family:Arial;">Dikutip dari Republika 21 Juni 2009</span></p> <p><span style="font-family:Arial;">Assalamualaikum,<br />Pak Gozali apa kabar? Semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepada Bapak dan keluarga.</span></p> <p><span style="font-family:Arial;">Boleh tanya nggak , Pak? Mungkin tepatnya konsultasi. Saya Nani. Sekitar empat bulan lalu, saya membeli produk unit link. Tadinya sih ragu-ragu karena saya pernah mendapat informasi bahwa biaya unit link itu besar. Tapi, akhirnya saya beli dengan pertimbangan saya perlu asuransinya. Sekarang saya ragu lagi untuk meneruskan produk tersebut dan ingin membeli asuransi murni saja. Baiknya bagaimana ya Pak? Idealnya mungkin beli keduanya tapi kondisi keuangan tidak memungkinkan. Mohon sarannya Pak... terima kasih.<br />Wassalammualaikum</span></p> <p><span style="font-family:Arial;">Nani</span></p> <p><strong><u>Jawaban:</u></strong></p> <p><span style="font-family:Arial;">Waalaikumsalam wr wb,<br />Unit link adalah produk gabungan antara asuransi dan investasi pada reksadana. Jadi untuk membandingkan mahal atau murahnya unit link tentu kita harus pecah dulu produk ini dan membandingkannya satu per satu dengan 'saingannya'.</span></p> <p><span style="font-family:Arial;">Kalau kita bandingkan antara asuransi murni dan asuransi pada unit link, memang bisa dibilang asuransi pada unit link lebih mahal daripada asuransi murni. Tapi, perlu dipertegas dulu, asuransi seperti apa yang Anda maksudkan? Sebab, pada unit link ada berbagai macam asuransi yang bisa digabungkan. Bukan hanya asuransi jiwa, tapi juga ada asuransi kesehatan, asuransi penyakit kritis, dan sebagainya. </span></p> <p><span style="font-family:Arial;">Untuk asuransi jiwanya memang bisa ada selisih sedikit lebih mahal. Tapi, hal ini dikompensasikan dengan kepraktisan yang ditawarkan oleh unit link. Karena pada asuransi murni, kita harus mengambil beberapa jenis asuransi terpisah untuk asuransi jiwa, kesehatan, penyakit kritis dan sebagainya. Tentunya biaya pembeliannya akan lebih mahal juga. Tapi hal ini masih bisa diperdebatkan, karena cukup sulit untuk membandingkan antara asuransi yang satu dengan yang lain karena tidak bisa sama persis.</span></p> <p><span style="font-family:Arial;">Kalau kita bandingkan investasinya, biaya investasi pada unit link jelas lebih mahal karena akan langsung kena biaya sekitar 5% dalam bentuk selisih antara harga jual dan harga beli. Sedangkan kalau kita investasi langsung ke reksadana, biayanya mulai dari 0% sampai 2,5%, tentunya ini jelas lebih murah. Tapi, biaya pada unit link ini dapat dikompensasikan dengan kemudahan berinvestasi. Di mana untuk investasi langsung ke reksadana, terkadang perlu dana investasi awal yang besar (1-5 juta), sedangkan pada unit link bisa dengan ratusan ribu rupiah saja.</span></p> <p><span style="font-family:Arial;">Saran saya, kalau Anda ingin berhenti, pastikan dulu bahwa Anda sudah memiliki alternatifnya dan membandingkannya secara langsung. Artinya, coba lihat lagi kebutuhan asuransi apa saja yang Anda perlukan, dan berapa nilai pertanggungannya. Lalu apakah unit link yang sudah Anda miliki itu asuransinya sudah cocok atau belum dengan kebutuhan Anda. Dan bandingkan juga dengan asuransi lain yang sama persis atau yang sesuai dengan kebutuhan Anda tersebut. Jangan hentikan pembayaran premi sebelum Anda punya alternatif yang lebih baik. Wassalam.</span></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-46590846064706715302009-09-15T21:25:00.000-07:002009-09-15T21:26:36.736-07:00Mari Mengenal Saham<span style="font-size:85%;color:#333333;"><strong>Mari Mengenal Saham (1)<br /></strong></span> <span style="font-size:78%;color:#666666;">oleh: Safir Senduk<br /></span> Dikutip dari Tabloid NOVA No. 664/XIII<br /><br />Beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh pengeboman Gedung Bursa Efek Jakarta. Di gedung inilah saham diperdagangkan. Mungkin ada di antara Anda bertanya, apa sih yang dimaksud dengan saham? Bagaimana cara bekerjanya? Mari kita berkenalan dengannya.<br /><br />Pernahkah Anda berpikir untuk memiliki sebuah usaha? Katakan saja Anda ingin memiliki usaha berupa sebuah toko. Apa yang bisa Anda lakukan untuk dapat memiliki toko tersebut?<br /><br />Bila Anda punya modal, maka Anda bisa membeli atau menyewa sebuah bangunan dan membeli barang-barang yang akan dijual. Bila toko Anda masih baru, tentu ada risiko tertentu, semisal belum dikenalnya toko Anda oleh masyarakat. Artinya, toko Anda belum dikunjungi banyak pembeli.<br /><br />Kalau begitu, sebagai alternatif, kenapa tidak mencoba membeli toko lain yang sudah lebih dulu berdiri? Anda bisa memilih-milih toko mana yang akan Anda beli, dan tentu saja Anda pasti akan memilih toko yang kelihatannya sudah cukup dikenal dan laris, bukan?<br /><br />Bila demikian, maka uang yang harus Anda bayarkan ke pemilik lama toko tersebut biasanya adalah senilai harga bangunan (bila bangunan toko itu dimiliki sendiri) dan barang-barang yang dijual didalamnya. Dengan kata lain, Anda telah membeli kepemilikan toko tersebut, di mana yang Anda beli adalah modalnya.<br /><br /><strong>PECAHAN-PECAHAN KECIL<br /></strong><br />Perlu diketahui, dalam dunia usaha tidak hanya toko yang bisa memberikan keuntungan. Usaha lain yang tidak berbentuk toko juga banyak yang bisa memberi keuntungan. Usaha tersebut biasanya adalah dalam bentuk badan usaha, atau istilah populernya: perusahaan. Sama dengan toko, kepemilikan perusahaan juga bisa dibeli. Jadi Anda bisa memilih perusahaan mana yang kira-kira selalu menguntungkan pada tahun-tahun lalu, dan Anda bisa membeli kepemilikan (modal) dari perusahaan tersebut.<br /><br />Berbeda dari toko, pada umumnya modal sebuah perusahaan jauh lebih besar daripada modal dari sebuah toko. Sebagai contoh, modal dari toko yang ingin Anda beli mungkin Rp 30 juta, namun modal dari perusahaan yang hendak Anda beli bisa saja mencapai Rp 300 juta.<br /><br />Masalahnya, tidak semua orang memiliki uang kontan Rp 300 juta. Mungkin saja orang hanya punya Rp 3 juta sehingga ini berarti ia hanya mendapatkan kepemilikan sebesar satu persen saja dari semua nilai kepemilikan perusahaan tersebut. Tapi bagaimana caranya agar ia dapat membeli kepemilikan yang cuma sebesar satu persen itu?<br /><br />Oleh hukum, diaturlah suatu cara: kepemilikan perusahaan dibagi ke dalam pecahan-pecahan kecil yang disebut saham. Sebagai contoh, kepemilikan perusahaan senilai Rp 300 juta tadi dibagi ke dalam saham di mana satu saham diberi nilai katakan Rp 1.000. Dengan demikian, bila Anda hanya punya Rp 3 juta, maka Anda hanya bisa membeli 3.000 lembar saham.<br /><br /><strong>KEUNTUNGAN MEMBELI SAHAM<br /></strong><br />Keuntungan apa yang akan Anda dapatkan dengan membeli saham atau kepemilikan dari sebuah perusahaan?<br /><br />Yang pertama, kalau perusahaan mengalami untung (laba), maka biasanya Anda mendapatkan pembagian keuntungan yang disebut dividen. Ambil contoh, bila dari per lembar saham Anda mendapat dividen Rp 100 per lembar sahamnya, maka dengan 3.000 saham yang Anda miliki, total dividen yang Anda dapatkan adalah Rp 300.000. Tentu saja patokan besarnya dividen berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Tapi prinsipnya kurang lebih sama saja. Makin banyak saham yang Anda miliki, makin besar pula dividen yang Anda dapat bila memang perusahaan untung.<br /><br />Keuntungan kedua, bisa saja nilai saham Anda naik. Kembali kita misalkan Anda membeli saham seharga Rp 1.000. Nah, bila kemudian makin banyak yang ingin membeli saham perusahaan, maka mungkin saja harga saham tersebut meningkat jadi katakan Rp 1.400 per lembar. Dengan demikian, bila Anda menjualnya, ini berarti Anda mendapatkan keuntungan sebesar 40 persen. Keuntungan seperti ini disebut capital gain. Ke mana Anda menjual saham itu? Bukan ke perusahaan yang menerbitkan saham bersangkutan, tapi pada orang lain yang memang ingin memiliki saham tersebut.<br /><br />Tentu saja investasi dalam bentuk saham juga berisiko. Yakni, turunnya harga saham yang Anda miliki. Misalnya saja dari Rp 1.000 turun jadi Rp 600 per lembar saham. Bila Anda menjualnya, maka Anda akan rugi Rp 400 per lembar sahamnya. Kerugian seperti ini biasa disebut capital loss. Ke mana Anda menjualnya? Juga ke orang lain yang memang ingin memiliki saham tersebut.<br /><span style="font-size:85%;color:#333333;"><strong>Mari Mengenal Saham (2)<br /></strong></span> <span style="font-size:78%;color:#666666;">oleh: Safir Senduk<br /></span> Dikutip dari Tabloid NOVA No. 665/XIII<br /><br />Dalam prakteknya, tiap hari ada banyak orang menjual atau membeli saham. Namun transaksi jual beli ini tidak bisa di sembarang tempat. Peraturan mengharuskan, penjualan dan pembelian saham harus dilakukan di sebuah tempat khusus yang disebut bursa. Bursa kurang lebih sama artinya dengan pasar, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli.<br /><br />Bursa ini disebut bursa saham, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama bursa efek (dalam Kamus Bahasa Indonesia, efek adalah surat berharga). Kenapa dinamakan bursa efek? Ini karena dalam bursa ini kita tidak hanya bisa menjual atau membeli saham, tapi juga surat berharga lain selain saham (kita akan bahas di lain waktu).<br /><br />Di Indonesia, Bursa Efek ini dipusatkan di Jakarta, dan bertempat di gedung yang dinamakan Gedung BEI (Bursa Efek Indonesia). Gedung itulah yang dibom pada beberapa bulan yang lalu. Peledakan itu sendiri tidak mengenai lokasi bursa, tapi tempat parkirnya. Gedung Bursa Efek Indonesia sendiri juga memiliki banyak sekali ruang kantor yang disewakan, jadi tidak hanya terdapat bursa.<br /><br />Orang-orang yang memperjualbelikan saham ini disebut investor (pemodal). Apakah seorang investor yang ingin membeli atau menjual saham harus datang langsung ke Bursa Efek untuk bisa bertransaksi? Tidak. Dalam prakteknya, investor cukup menggunakan jasa perantara yang disebut dengan pialang. Di BEI ada banyak perusahaan jasa pialang yang beroperasi. Mereka menjadi anggota BEI.<br /><br />Keuntungan memakai jasa pialang adalah di mana pun Anda berada di seluruh Indonesia, Anda tetap bisa menelepon Perusahaan Pialang Anda dan memberikan order jual atau beli, sehingga pialang Anda yang melakukan transaksi jual beli itu untuk Anda. Anda sendiri sebagai investor tidak perlu tahu dari investor mana Anda membeli saham Anda. Begitu pula kepada investor mana Anda menjual saham Anda. Ini karena investor harus menggunakan jasa pialang, dan antarpialang-lah yang saling bertemu.<br /><br /><strong>MEMANFAATKAN JASA PIALANG</strong><br /><br />Berapa jumlah transaksi minimal dalam membeli saham? Beberapa perusahaan pialang mengharuskan Anda membeli saham dengan jumlah minimal tertentu. Bila Anda ingin membeli di bawah jumlah minimal tersebut, maka pialang tidak akan menjalankan order transaksi Anda.<br /><br />Karena itulah, untuk memudahkan transaksi pembelian dengan jumlah minimal tersebut, BEI memberlakukan jumlah minimal tertentu yang dinamakan lot. Satu lot sama dengan 500 lembar saham. Khusus untuk saham-saham perbankan, satu lot sama dengan 100 lembar saham. Jadi Anda bisa hitung sendiri, bila saham yang Anda incar berharga misalnya Rp 2.000, maka ini berarti Anda harus bertransaksi minimal sebesar Rp 10 juta. Kalau saham itu adalah saham-saham perbankan, maka transaksi minimalnya Rp 2 juta.<br /><br />Sekali lagi, tidak semua perusahaan pialang mengharuskan Anda membeli dengan jumlah minimal satu lot. Ada juga yang memberi pengecualian, bisa membeli di bawah jumlah tersebut. Ini dikenal dengan istilah odd lot.<br /><br />Anda bisa membeli saham dengan datang ke sebuah perusahaan pialang. Perusahaan ini biasa disebut "perusahaan perantara pedagang efek". Di halaman kuning Buku Petunjuk Telepon (yellow pages), Anda bisa mencari perusahaan seperti ini di bagian kata broker. Ada banyak sekali broker yang jadi anggota Bursa Efek Indonesia pada saat ini. Jadi pastikan Anda memilih broker seteliti mungkin.<br /><br />Apa yang harus Anda lakukan bila ingin membeli saham? Biasanya adalah dengan membuka rekening di perusahaan pialang tersebut dan memasukkan uang senilai jumlah tertentu. Uang itulah nanti yang akan digunakan oleh pialang Anda untuk bertransaksi saham. Jadi bukan beli saham dulu baru uangnya Anda kasih belakangan.<br /><br /><strong>DIGOLONGKAN TINGKAT RISIKONYA</strong><br /><br />Perlu diketahui bahwa dengan membeli saham, ini berarti Anda membeli kepemilikan dari sebuah perusahaan. Bedanya dengan memiliki perusahaan sendiri, Anda dalam hal ini membeli kepemilikan usaha yang sudah berjalan. Anda tidak perlu repot-repot mendirikan usaha baru dalam bentuk PT, misalnya, karena Anda tinggal membeli PT yang sudah berjalan dan beroperasi.<br /><br />Mungkin Anda bertanya, dari mana saya tahu perusahaan yang sudah berjalan tersebut mengalami untung atau rugi? Jawabannya: dari Laporan Keuangan yang diterbitkan secara rutin oleh perusahaan tersebut. Dan laporan keuangan tersebut haruslah sudah diperiksa oleh seorang akuntan independen yang berizin.<br /><br />Seperti telah disinggung, investasi dalam saham juga berisiko. Saham yang Anda beli bisa menurun. Inilah yang membuat tidak semua orang mau berinvestasi ke dalam saham. Kita sering mendengar ada orang yang mengalami kerugian jutaan rupiah, tapi ada juga orang yang mengalami keuntungan jutaan rupiah juga. Dan itu membuat tidak semua orang mau berinvestasi ke dalam saham.<br /><br />Jadi sebetulnya, risiko dalam membeli saham di BEI sama saja dengan risiko kalau Anda mendirikan usaha baru, yaitu bahwa Anda memiliki kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan, sama besarnya dengan kemungkinan mengalami kerugian.<br /><br />Meski begitu, jangan takut, karena saham di BEI sudah digolong-golongkan berdasar tingkat risikonya. Mulai dari saham-saham yang risiko ruginya memang kecil tapi keuntungannya juga kecil, sampai saham-saham yang risiko ruginya besar tetapi kemungkinan untungnya juga besar. Tanyakan kepada bagian riset/analis di perusahaan pialang Anda tentang saham-saham mana saja yang tergolong ke dalam penggolongan-penggolongan tersebut. Oh ya, tidak semua perusahaan pialang memiliki bagian riset/analis. Jadi pastikan perusahaan pialang Anda memiliki bagian tersebut.<br /><br />Sekali lagi: risiko investasi saham sebetulnya sama saja dengan kalau Anda mendirikan usaha baru, yaitu bahwa Anda memiliki kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan, sama besarnya dengan kemungkinan mengalami kerugian.<br /><br />Tak kenal maka tak sayang: kalau Anda tidak mengetahui risiko apa yang Anda hadapi, maka Anda pasti tidak akan berani melakukan investasi ke dalam saham. Maksud dari tulisan ini adalah agar Anda mengenal investasi saham, sehingga dengan demikian Anda bisa menjadikan saham sebagai alternatif investasi Anda.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-71274529031123995382009-09-15T21:24:00.001-07:002009-09-24T23:16:37.311-07:00Berkenalan dengan Reksadana (1)<span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:85%;" ><strong></strong></span><span style="color: rgb(51, 51, 51);font-size:85%;" ><strong>Berkenalan dengan Reksadana (1)<br /></strong></span> <span style="color: rgb(102, 102, 102);font-size:78%;" >oleh: Safir Senduk<br /></span> Dikutip dari Tabloid NOVA No. 666/XIII<br /><br />Pada edisi yang lalu kita telah berbicara sekilas mengenai apa itu saham. Sekarang, saya akan mengajak Anda berkenalan dengan apa yang namanya Reksa Dana. Dalam Bahasa Inggris, Reksa Dana dikenal dengan nama mutual fund.<br /><br />Reksa Dana adalah sebuah bentuk investasi yang dilakukan secara kolektif (bersama-sama), dan investasi ini dikelola oleh sebuah perusahaan manajemen investasi. Perusahaan manajemen investasi adalah perusahaan yang kerjanya mengelola investasi nasabahnya.<br /><br />Sebagai contoh, ada investor A, B, C, D, dan E masing-masing memiliki uang berbeda-beda dan memutuskan untuk melakukan investasi secara bersama-sama. Di sini, mereka bisa menggabungkan semua uang yang mereka miliki untuk diserahkan pengelolaan investasinya pada sebuah perusahaan manajemen investasi.<br /><br />Nantinya, apabila investasi itu memberikan keuntungan, katakan sebesar 15% dalam setahun, maka masing-masing dari investor tersebut akan mendapatkan keuntungan yang besarnya sesuai dengan proporsi jumlah yang mereka investasikan. Tapi bila investasi itu merugi, tentu saja masing-masing dari mereka juga akan merugi sesuai dengan proporsi jumlah yang mereka investasikan tadi.<br /><br />Nah, bentuk investasi yang dilakukan secara kolektif (bersama) di mana pengelolaan investasinya diserahkan kepada sebuah perusahaan manajemen investasi inilah yang disebut dengan nama investasi Reksa Dana. Perusahaan Manajemen Investasi (selanjutnya kita sebut saja Manajer Investasi) inilah yang lalu akan melakukan investasi ke berbagai macam produk investasi seperti saham, deposito, surat utang, dan lain sebagainya. Reksa Dana sebetulnya merupakan cara yang baik untuk melakukan investasi, karena investasi Anda dikelola oleh tim pengelola investasi yang memang cakap dan (biasanya) berpengalaman.<br /><br /><strong>Bagaimana Cara Kerja Reksa Dana?</strong><br /><br />Dalam prakteknya, Manajer investasi tidak menunggu investor untuk memasukkan uang lebih dulu sebelum mereka membeli produk investasi, tapi dibalik. Mereka beli dulu produk-produk investasinya, baru kemudian investasi itu dijajakan kepada investor.<br /><br />Bagaimana caranya? Oke, pertama-tama, manajer investasi (yang menerbitkan Reksa Dana) akan mengundang sejumlah pihak untuk menjadi sponsor/promotor (penyandang dana). Dari sponsor inilah akan didapat dana yang cukup besar, yang akan dialokasikan ke sejumlah produk investasi.<br /><br />Untuk contoh, kita misalkan saja total dana yang didapat dari sponsor adalah Rp 1 triliun. Dana sebesar itu, oleh Perusahaan Reksa Dana (melalui tim pengelola investasi-nya) akan dibelikan sejumlah investasi, seperti dibelikan sejumlah deposito di berbagai bank, dengan jangka waktu satu bulan. Contoh seperti Tabel 1.<br /><br />Setelah itu, Perusahaan Reksa Dana akan membagi investasi tersebut ke dalam pecahan-pecahan kecil, yang disebut dengan nama Unit Penyertaan (UP), dimana masing-masing UP akan bernilai Rp 1.000. Sehingga dari total investasi senilai Rp 1 triliun seperti dicontohkan diatas akan didapat UP sebanyak Rp 1 triliun : Rp 1.000 = 1 miliar UP.<br /><br />Nah, UP inilah yang akan diterbitkan dan dijual ke masyarakat. Dengan demikian, investasi yang dilakukan oleh investor adalah dengan cara membeli UP itu. Untuk menyeragamkan, maka UP Reksa Dana pada awalnya selalu dijual dengan harga awal Rp 1.000. Dalam hal ini, harga atau nilai UP tersebut disebut juga dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB).<br /><br />Jumlah UP yang dibeli investor berbeda-beda, ada yang hanya membeli 100 UP, tetapi ada juga yang membeli 1.000, 5.000, atau bahkan 10.000 UP. Semua itu tergantung dana masing-masing investor. Selain itu, investor juga harus membayar komisi untuk Perusahaan Reksa Dana, yang biasanya maksimal sekitar 0,75% sampai dengan 3% dari total investasi Anda. Sebagai contoh, bila Anda membeli 1.000 UP dengan harga total Rp 1.000.000, maka Anda harus menambahkan sekitar Rp 7.500 sampai Rp 30.000 untuk komisi manajer investasi.<br /><br />Dalam dunia reksa dana, komisi untuk manajer investasi ini sering disebut dengan nama "biaya penjualan". Ini karena komisi tersebut harus Anda bayar pada saat Anda membeli UP yang dijual itu.<br /><br />Selanjutnya, karena reksa dana diatas dialokasikan ke dalam Deposito Berjangka 1 bulan, maka tentunya setelah 1 bulan, akan ada bunga deposito yang didapat, sehingga akibatnya NAB dari UP Anda akan naik. Dalam contoh di atas, kita misalkan bahwa masing-masing deposito akan memberi bunga yang sama (meski kenyataannya akan berbeda-beda), seperti contoh tabel 2.<br /><br />Menurut contoh tersebut, nilai UP yang tadinya dibeli seharga Rp 1.000, setelah satu bulan telah naik menjadi Rp 1.010. Ini berarti, dalam 1 bulan, si pemilik UP (investor) telah mendapatkan kenaikan NAB sebesar 1% per bulan.<br /><br />Dalam kenyataannya, perubahan NAB suatu reksa dana sangat bergantung pada instrumen investasi yang dipilih tim pengelola investasi. Apabila mereka memilih instrumen deposito sebagai produk investasinya, maka NAB reksa dananya akan terus naik dan tidak mungkin mengalami penurunan. Ini karena sifat deposito yang pasti memberikan keuntungan berupa bunga, sehingga akan terus menambah nilai aset reksa dana.<br /><br />Tapi ada juga reksa dana yang khusus berinvestasi ke dalam saham. Saham, tidak seperti deposito, memiliki kemungkinan keuntungan yang tidak pasti sifatnya. Bisa naik, bisa pula turun. Karena itu, nilai UP pada reksa dana saham memiliki kemungkinan untuk naik dan juga untuk turun. UP yang tadinya Anda beli seharga Rp 1.000, misalnya, bisa saja jadi Rp 900 pada satu bulan kemudian karena saham-saham yang dipilih oleh manajer investasi turun nilainya. Di sisi lain, bila nilai saham naik, besar kenaikan tersebut bisa lebih besar daripada deposito. Itulah sebabnya, reksa dana jenis ini disebut dengan nama reksa dana growth income.<br /><br />Reksa dana lainnya ada yang berinvestasi ke dalam obligasi (surat hutang), dan ada juga yang berinvestasi ke dalam kombinasi dari dua atau lebih instrumen investasi, semisal gabungan saham dan obligasi, atau obligasi dan deposito.<br /><br />Jadi, sebelum membeli reksa dana, tanyalah pada si penjual reksa dana atau bacalah terlebih dahulu prospektusnya (penjelasannya) sehingga Anda tahu reksa dana jenis apakah yang akan Anda beli. Apakah itu reksa dana yang mengalokasikan investasinya pada saham, obligasi, deposito, atau kombinasi antara dua atau tiga instrumen investasi.<br /><br /><strong>Menjual Kembali Reksa Dana Yang Telah Anda Miliki</strong><br /><br />Setelah beberapa waktu, Anda bisa menjual kembali UP yang Anda miliki kepada perusahaan reksa dana Anda. Jenis reksa dana di mana Anda bisa menjual kembali UP Anda kepada perusahaan penerbitnya disebut dengan nama Reksa Dana Terbuka (open end mutual fund). Lawan dari Reksa Dana Terbuka adalah Reksa Dana Tertutup (closed end mutual fund). Reksa Dana Tertutup adalah jenis reksa dana di mana Anda tidak bisa menjual UP yang Anda miliki kepada penerbitnya, tapi Anda hanya bisa menjualnya kepada investor yang lain, dan penjualan tersebut harus dilakukan lewat bursa.<br /><br />Untuk Reksa Dana Terbuka, bila sewaktu-waktu Anda ingin menjual UP Anda, maka Anda bisa menjualnya kembali kepada penerbit reksa dana Anda, dan perusahaan reksa dana dilarang untuk menolak penjualan kembali UP dari nasabahnya. Ini tentunya akan menguntungkan Anda.<br /><br />Sebaliknya, pada Reksa Dana Tertutup, proses penjualan kembali sering mengalami hambatan karena tidak selalu ada investor yang mau membeli UP Reksa Dana Anda. Jadi dengan kata lain, UP dari Reksa Dana Terbuka lebih likuid dari UP pada Reksa Dana Tertutup.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-53962040495191450242009-09-15T21:05:00.001-07:002009-09-15T21:05:51.368-07:00Berkenalan dengan Reksadana (2)<span style="font-size:85%;color:#333333;"><strong></strong></span><span style="font-size:78%;color:#666666;">oleh: Safir Senduk<br /></span> <div align="justify">Dikutip dari Tabloid NOVA No. 667/XIII<br /><br />Sebetulnya apa saja keunggulan reksa dana dibanding jenis investasi lainnya?<br /><br />Yang pertama, Anda yang belum biasa melakukan investasi akan sangat terbantu karena ada manajer investasi yang akan mengevaluasi investasi Anda setiap harinya. Anda tidak perlu bersusah payah mengevaluasi, karena Anda cukup mendapatkan report-nya setiap bulan atau beberapa bulan sekali.<br /><br />Yang kedua, Anda bisa melakukan investasi dengan jumlah dana awal yang kecil jumlahnya. Beberapa reksa dana bisa dimulai hanya dengan dana awal Rp 100.000,-. Bayangkan, Anda tentu tidak bisa membuka deposito dengan dana sekecil itu, bukan? Namun dengan reksa dana, dana sejumlah itu sudah bisa untuk melakukan investasi (salah satunya) ke dalam deposito.<br /><br />Keuntungan ketiga adalah adanya diversifikasi atau penyebaran risiko. Dengan reksa dana, Anda bisa menyebar risiko investasi Anda dengan leluasa. Sebagai contoh, bila dana Anda hanya Rp 1 juta, maka Anda tidak mungkin bisa membuka beberapa deposito secara bersamaan di beberapa bank karena untuk membuka satu deposito saja dibutuhkan dana minimal Rp 500 ribu. Tapi dengan melakukan investasi di reksa dana deposito, maka uang Anda bisa tersebar di berbagai deposito dalam berbagai bank, tanpa Anda harus memiliki dana yang besar.<br /><br />Keuntungan keempat adalah dari segi perpajakan. Pembelian maupun penjualan kembali UP dari produk reksa dana adalah bebas pajak. Ini dilakukan atas kebijakan pemerintah (Dirjen Pajak), untuk merangsang dunia investasi di Indonesia.<br /><br /><strong>Bisakah Manajer Investasi Dipercaya?</strong><br /><br />Sebetulnya, kata "manajer" ditujukan bagi orang, bukan perusahaan. Tapi peraturan menyebutkan bahwa kata "Manajer Investasi" ditujukan bagi perusahaan yang mengelola investasi Anda. Orang-orang yang bekerja di dalamnya hanya disebut Wakil Manajer Investasi. Kadang-kadang disebut juga Tim Pengelola Investasi, atau Komite Investasi (Anda bisa melihatnya di prospektus Anda). Dalam bahasa keuangan, orang yang tugasnya mengelola dana investasi seperti ini disebut fund manager.<br /><br />Tidak sembarang orang bisa menjadi fund manager. Dia harus mendapatkan izin dari Pemerintah (BAPEPAM atau Badan Pembina dan Pengawas Pasar Modal). Untuk mendapatkan izin tersebut, maka seorang calon fund manager harus melalui ujian yang tingkat kesulitannya sangat tinggi. Untuk mengetahui siapa saja fund manager atau anggota Tim Pengelola Investasi Anda, Anda bisa membacanya di prospektus reksa dana Anda.<br /><br /><strong>Bagaimana Kalau Perusahaan Reksa Dananya Bangkrut?<br /><br /></strong>Produk Reksa Dana diterbitkan oleh Perusahaan Reksa Dana, yang sekaligus bertindak sebagai manajer investasi. Karena itu, perusahaan Manajer investasi hidup dari komisi yang diterimanya sewaktu investor membeli UP (Unit Penyertaannya). Besar komisi ini biasanya maksimal sekitar 3% dari nilai UP yang dibeli nasabah. Dari komisi-komisi yang terkumpul inilah perusahaan reksa dana ini "menggaji" dirinya sendiri. Terkadang, komisi juga didapat bila nasabah menjual kembali UP yang mereka miliki.<br /><br />Mungkin saja terjadi, pendapatan yang diterima manajer investasi dari komisi-komisi tersebut lebih kecil daripada biaya-biaya yang harus dia keluarkan untuk membiayai perusahaannya. Akibatnya, bisa saja manajer investasi (Perusahaan Reksa Dana) ini tidak bisa hidup lebih lama, dan akhirnya bangkrut. Pertanyaannya, apakah harta Reksa Dana yang dibeli para investor ikut hilang?<br /><br />Jawabannya: tidak. Menurut peraturan, harta Reksa Dana harus disimpan dalam sebuah tempat terpisah, yang disebut dengan nama Bank Kustodian. Bank Kustodian adalah sebuah lembaga/badan yang sudah memiliki izin dari BAPEPAM untuk bisa menyimpan harta dari suatu aset reksa dana. Perusahaan Reksa Dana tidak boleh menyimpan sendiri harta reksa dananya. Dia harus menyimpannya di tempat lain, yaitu pada Bank Kustodian.<br /><br />Jadi, bila Perusahaan Reksa Dana/Perusahaan Manajer investasi bangkrut, maka harta Reksa Dana yang Anda miliki dijamin tetap aman. Bacalah prospektus reksa dana Anda, di situ akan tertulis Bank Kustodian mana yang dipakai oleh perusahaan reksa dana Anda.<br /><br /><strong>PEMBAGIAN REKSA DANA</strong><br /><br />Berdasarkan produk investasi yang dipilih oleh manajer investasi, ada 4 macam produk Reksa Dana:<br /><ol><li>Reksa Dana Saham. Ini adalah produk Reksa Dana di mana manajer investasi kebanyakan menginvestasikan uang nasabahnya ke dalam saham. Dari segi potensi keuntungan, Reksa Dana Saham dianggap bisa memberikan potensi keuntungan paling besar. Ini karena sifat saham yang nilainya bisa naik dan bisa juga turun, di mana kenaikannya bisa besar sekali, tapi penurunannya juga bisa besar sekali. Karena itulah, Reksa Dana Saham paling berisiko dibanding ketiga produk Reksa Dana yang lain.</li><li>Reksa Dana Pendapatan Tetap. Ini adalah produk Reksa Dana di mana manajer investasi kebanyakan menginvestasikan uang nasabahnya ke dalam surat berharga yang memberikan pendapatan tetap, yaitu obligasi. obligasi adalah surat hutang yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan dan dijual kepada masyarakat. Potensi keuntungan yang diberikan Reksa Dana Pendapatan Tetap biasanya dianggap tidak sebesar seperti pada Reksa Dana Saham. Namun demikian, potensi penurunan nilainya biasanya juga tidak besar. Itulah sebabnya, Reksa Dana Pendapatan Tetap risikonya dianggap lebih kecil daripada Reksa Dana Saham.</li><li>Reksa Dana Campuran. Di sini manajer investasi menginvestasikan uang nasabahnya biasanya secara sama rata ke dalam saham dan obligasi. Untuk risiko, karena Reksa Dana ini merupakan reksa dana yang mencampur saham dan obligasi, maka dianggap lebih besar daripada Reksa Dana Pendapatan Tetap, tapi lebih kecil daripada Reksa Dana Saham.</li><li>Reksa Dana Pasar Uang. Di sini manajer investasi menginvestasikan uang nasabahnya ke dalam produk-produk Pasar Uang seperti Deposito, SBI, dan Obligasi Jangka Pendek. Pada Reksa Dana ini, potensi keuntungannya jauh lebih kecil dari ketiga reksa dana di atas, namun pasti. </li></ol> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2960760765084800780.post-56094346074843502442009-09-15T21:04:00.001-07:002009-09-15T21:04:42.760-07:00Mari Berinvestasi<span style="font-size:85%;color:#333333;"><strong></strong></span><span style="font-size:78%;color:#666666;">oleh: Safir Senduk<br /></span> Bila Anda melakukan investasi, ada dua pilihan: melakukan investasi secara periodik, atau investasi sekali saja. Keduanya memberikan nilai investasi yang sama berarti. Tinggal Anda pilih mana yang sesuai dengan kekuatan dana yang Anda miliki.<br /><br /><strong>Periodik</strong><br /><br />Bila berinvestasi secara periodik, maka ini berarti Anda melakukan investasi secara rutin. Anda bisa melakukan investasi setahun sekali, enam bulan sekali, atau bahkan sebulan sekali. Beberapa orang ada yang berinvestasi setiap satu atau dua minggu sekali. Tapi yang penting di sini adalah bahwa yang dimaksud dengan periodik adalah melakukan investasi secara rutin.<br /><br />Biasanya, berinvestasi secara periodik adalah cara yang paling ampuh untuk mengejar target dana yang besar kelak. Anda tak perlu memiliki jumlah dana yang besar pada saat ini, tapi Anda cukup hanya menyisihkan sebagian kecil penghasilan Anda untuk lalu diinvestasikan ke dalam sebuah produk investasi. Lama kelamaan, Anda akan memiliki saldo investasi yang begitu besar, karena Anda juga mendapatkan bunga.<br /><br />Berinvestasi secara periodik sama seperti seorang tukang bangunan yang sedang membuat dinding. Apa yang ia lakukan adalah mengambil sebuah bata, mengoleskannya dengan semen, lalu menempelkannya. Ambil lagi sebuah bata, memberikan semen, dan menempelkannya di sebelah kiri atau kanan bata yang tadi. Begitu seterusnya sampai ia bisa menyelesaikan satu lapis. Setelah itu, ia akan melanjutkannya dengan lapis kedua. Lapis kedua selesai, dilanjutkan dengan lapis ketiga. Begitu seterusnya.<br /><br />Lama kelamaan, Anda akan melihat sebuah dinding. Persis seperti itulah gambarannya bila Anda berinvestasi secara periodik. Hanya bedanya, dengan berinvestasi, Anda juga mendapatkan bunga. Sementara tukang bangunan tadi, tidak mendapatkan 'bunga'. Yang ia lakukan hanyalah seperti menabung ke dalam celengan saja secara rutin. Tetapi prinsipnya sama saja: sedikit-sedikit, akan menjadi bukit.<br /><br /><strong>Sekali Saja</strong><br /><br />Anda juga bisa berinvestasi sekali saja (lump sum). Artinya, Anda cukup memasukkan uang sekali saja ke dalam sebuah produk investasi. Deposito, umpamanya, Anda endapkan selama -katakanlah- sepuluh tahun. Setiap tahun, Anda akan mendapatkan bunga yang bisa ditambahkan ke uang pokok. Kemudian didepositokan lagi sehingga bunganya makin lama makin besar. Tapi, selama Anda tidak pernah menyentuhnya, sampai selama sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun, Anda akan memiliki jumlah dana yang sangat besar.<br /><br />Berinvestasi secara lump sum persis seperti kalau Anda naik ke sebuah gunung bersalju. Dari atas, Anda ambil sekumpulan salju dengan tangan Anda, lalu membentuknya menjadi sebuah bola. Setelah itu, Anda lepaskan bola salju itu dari atas, untuk digelindingkan ke bawah. Apa yang terjadi? Dalam perjalanannya dari atas sampai bawah, bola salju itu makin lama akan makin besar. Dan pertumbuhan bola salju itu persis seperti deret ukur:<br /><br />1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, 512, 1024, 2048, 4096, dan seterusnya.<br /><br />Nah, seperti itulah gambarannya bila Anda berinvestasi secara lump sum.<br /><br /><strong>Gunakan Hukum 72</strong><br /><br />Kapan investasi Anda berlipat menjadi dua? Kalau Anda melakukan investasi sekali saja, maka ada saatnya jumlah investasi Anda akan berlipat dua. Sebagai contoh, bila Anda menginvestasikan Rp 1 juta pada deposito yang memberikan suku bunga 12% per tahun (di-roll over setiap tahun), maka uang Rp 1 juta Anda akan berlipat dua dalam waktu enam tahun.<br /><br />Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan "Hukum 72". Bagi angka 72 dengan suku bunga (misalnya 12%) dari produk investasi Anda. Sebagai contoh: (72/12) x 1 tahun = 6 tahun.<br /><br />Itulah jangka waktu yang dibutuhkan agar investasi Anda bisa berlipat dua.Unknownnoreply@blogger.com0